BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu bangsa
dan negara dapat diukur dengan indikator. Angka kematian balita merupakan salah
satu indikator yang sangat sensitif, tidak saja mengukur derajat kesehatan
tetapi untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa dan negara. Dengan demikian
setiap negara akan berusaha untuk menekankan supaya angka kematian pada balita
dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio,
dan Hepatitis B merupakan
salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Kurang lebih 1,7 juta kematian per tahun pada anak atau balita di
Indonesia adalah akibat PD3I. Agar target nasional dan global dengan cara
eradikasi, eliminasi dan redusir terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi
harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat Population
Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Kekebalan untuk menjaga
tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB) PD3I. (Yuliasti Eka P, 2010 ; Cetakan ke II). Salah satu upaya
dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu kesehatan anak pada suatu bangsa dan
negara tidak lepas dari dasar keluarga yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung
jawab dan kesetiaan untuk berkorban serta pengetahuan ibu dalam memberikan
imunisasi terhadap anak balita dalam mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh
PD3I atau mengurangi angka kematian
Imunisasi merupakan
suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan (antibody) seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit. Penyaki-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) antara lain : TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus,
Polio, dan Hepatitis B. penyakit ini merupakan penghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak balita. (Atikah P, 2010 ; 1)
Imunisasi sebagai
salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan
tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan
sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutuskan
mata rantai penularan, agar penyelengaraan imunisasi dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, perlu adanya pedoman penyelenggaraan imunisasi. Hal ini
sejalan dengan Keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 1053/MenKes/SK/IX/2004. (Yuliasti Eka P, 2010 ; 69)
Imunisasi di
indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan
imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan,
perkembangan baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannyan imunisasi BCG
untuk menanggulangi Penyakit Tuberklosis. Disusun imunisasi Tetanus Toxoid pada
ibu hamil pada tahun 1974, kemudian imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus)
pada bayi diadakan pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi
sebagai upaya global dengan Expanded
Program on Imunization ( EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai
komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan
kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982
imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Pada
tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di indonesia cukup tinggi
dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.
Pemberian suntikan
imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting
untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa
kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupan bagian tanggung jawab orang
tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu,
pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau tekan imunisasi. Jika bayi
sedang sakit yang disertai panas, menderita kejang sebelumnya, atau menderita
penyakit sistem saraf, pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan.
Kebanyakan dari
imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak
menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi
rasa sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka
waktu panjang.)
Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisai. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus
neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya pencegahan TN
maka imunisai diarahkan kepada pemberian perlindungan baru lahir dalam
minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi tetanus neonatorum merupakan salah
satu target harus dicapai sebagai tindakan lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran hidup
pada tahun 2000. Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah tiga penyakit
sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria.
Seperti di ketahui,
Indonesia termasuk Negara endemis TB (penyakit TB terus menerus ada sepanjang
tahun) dan merupakan salah satu Negara
dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis,
dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air diudara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas atau bersin.
Imunisasi yang
diberikan pada kanak-kanak serta bayi merupakan cara yang paling berkesan dan
kos efektif untk melindungi mereka dari penyakit tuberculosis (TB), difteri,
pertusis ( batuk kokol), tetanus (kancing gigi), poliomyelitis, campak, rubella
dan hepatitis B. walau bagaimanapun masih terdapat kanak-kanak yang tidak
diberi imunisasi karena kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta jadwal
imunisai, salah paham mengenai kontra indikasi, kerisauan tentang kesan
sampingan serta komplikasi vaksin. DR. Neoh Siew Hong..
Berdasarkan
kenyataan tersebut diatas maka puskesmas menjadi ujung tombak pelayanaan
kesehatan di masyarakat harus mengetahui betul tentang pelaksanan dan gambaram
umum imunisasi di wilayah kerjanya. Berdasarkan data awal yang kami peroleh,
jumlah pasien yang masuk pada tahun
2013 sebanyak 190 bayi dan pada tahun 2014 sebanyak 209 yang diambil dari data
base kesehatan pada puskesmas pembantu fontein. Untuk mengetahui hal tersebut
maka kami mengadakan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap
Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi umur 0 - 20 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu fontein
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap
pemberian imunisasi dasar pada bayi.
2. Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi
dasar pada bayi.
3. Bagaimana gambaran prilaku ibu terhadap pemberian
imunisasi dasar pada bayi.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi
umur 0 - 20 bulan di Wilayah
kerja Puskesmas Pembantu Fontein
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian
imunisasi dasar pada bayi.
b.
Untuk
mengetahui gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
c.
Untuk
mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Bagi Puskesmas Pembantu Fontein
bahan masukan
dalam peningkatan mutu dan peningkatan jumlah kunjungan imunisasi.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan ajar bagi institusi pendidikan.
3)
Bagi Peneliti
Sebagai proses
pembelajaran untuk mengembangan kemampuan dalam melakukan kajian-kajian ilmiah
di bidang kebidanan
4)
Bagi profesi
keperawatan
Memberikan sumber pengetahuan yang
luas di bidang kesehatan dalam pembangunan dan kemandirian profesi kebidanan.
5)
Bagi peneliti
salanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan kajian khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk
mengembangkan hasil penelitian ini guna meningkatkan dalam pelayanan kebidanan.
2.2
Tinjauan Umum Imunisasi
Dasar Imunisasi
Sistem imun adalah suatu sistem
dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya,
yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing
seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman
disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen
masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang
disebut dengan antibodi. Pada umumnya,
reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh
belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan
seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak. Itulah
sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan
tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan
pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya
terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal misalnya terjadinya
kecacatan atau kelumpuhan.
2.2.1
Imunisasi
Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi
pertama yang perlu diberikan semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir
untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.Lima jenis
imunisasi dasar yang diwajibkan adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu
: TBC, defteri, tetanus, pertusis (batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak
dan hepatitis B.
a. Kelima
jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut
adalah :Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b. Imunisasi
DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal
4 minggu
c. Imunisasi
polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval 4
minggu
d. Imunisasi
campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan
e. Imunisasi hepatitis B, yang diberikan tiga
kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu. (Anik M, 2010
; 215).
2.2.2
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan
tubuh kepada bayi terhadap penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabakan oleh penyakit
yang sering terjangkit. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus
neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya mencegah TN
maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam
minggu pertama melalui ibu. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain
a.
Melaui
imunisasi, tubuh tidak mudah diserang penyakit menular
b.
Imunisasi
sangat efektif mencegah penyakit menular.
c.
Imunisasi
menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian)
pada balita. (Atika P, 2010 ; 5)
2.2.3. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderita yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis
pengobatan balita anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara:
memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara. (Hanum M, 2010 ; 111-112)
2.2.4
Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan
efisien dalam pencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang
mendapatkan prioritas.
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukan antigen lemah agar merangasang anti body keluar sehingga tubuh dapat
resisten terhadap penyakit tertentu atau imunisasi adalah suatu tindakan untuk
memberikan perlindungan atau kekebalan kepada tubuh bayi dan anak dengan
menyuntikan vaksin atau serum dari suatu penyakit yang yang telah di lemahkan
dalam tubuh.
Sampai saat ini
ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat,
walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut dimasukan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberculosis, difteri,
pertusi, tetanus polio, campak dan hepatitis B.
(Dwi M, dkk, 2011 ; 231).
a. Tuberkulosis (TBC)
TBC adalah suatu penyakit penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosa). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan
diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang pertahun. Di negara-negara berkebang kematian ini merupakan 25% dari
kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita TBC berada di negara berkembang. (Depkes RI, 1992)
b. Difteri
Diftreri adalah
merupakn penyakit infeksi yang dapat disebabakan oleh coryne bacterium diphtheriae merangsang saluran pernapasan terutama
terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi.
Pada penduduk yang belum divaksin ternyata anak yang yang berumur 1-5 tahun
paling banyak diserang kekebalan (antibodi) yang diperoleh dari ibunya hanya
berumur satu tahu.
c. Pertusis
Pertusi atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Bordotella pertusi
pada saluran pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada
bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit
infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusi sangat mudah dan cepat
penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
d.
Tetanus
Tetanus adalah
penyaki yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium
tetani. Kejadian tetanus jarang
dijumpai di negara yang sedang berkembang, terutama
dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus
neonatorum).
Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani
memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian
seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun
kampung akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak
steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu,
daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus
neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.
e. Poliomyelitis
Poliomyelitis adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide paralysis) dan
pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di
indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa terakhir kembali ditemukan
dibeberapa daerah di indonesia.
f. Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui
saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet).
Penyakit ini pada umumnya sangat
dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah
penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak,
sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
g. Hepatitis B
Penyakit
hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah
kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan
terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan
anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis
B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis
B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah
yang sangat diperlukan. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231-233).
2.2.5
Jenis
Vaksin
Dari sekian banyak jenis vaksin sampai
saat ini yang dimasukkan dalam program imunisasi baru 5 jenis vaksin. Berikut
ini akan diuraikan vaksin program imunisasi.
a.
Vaksin
Hepatitis B
Adalah
vaksin virus recombinan yang telah di inaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Indikasi
: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Dosis
dan cara pemberian :
1. Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense dan homogen.
2. Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara
intra muskuler, pada anterolateral
paha.
Efek
Samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
b.
Vaksin
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup
yang sudah dilemahkan dari strain paris no.1173.P2
Indikasi
: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberkulosa.
Komposisi :
setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksinmengandung basil BCG
hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat 1,87 mg
dan Natrium Klorida 9 mg.
Dosis dan Cara pemberian :
1. Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml pelarut
NACL 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan spoid 5 ml.
2. Dosis
pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi ≤ 1tahun
3. Disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus),
dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril dan jarum suntik no.
25 G
4. Vaksin
yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Efek
Samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat
suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh
secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional diketiak dan leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
c.
Vaksin DPT/HB
Vaksin DPT mengandung toksoid difteri, toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan
sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg
yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Indikasi
: untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap pentakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
Dosis dan Cara Pemberian :
1.
Pemberian
dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
2. Dosis pertama diberikan 2 bulan, dosis selanjutnya dengan
interval minimal 4 minggu (1 bulan).
Efek samping : Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan. Kasus yang terjadi adalah bengkak, nyeri,
penebalan kemerahan pada bekas suntikan, menangis menjerit terus menerus lebih
dari 3 jam, kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti demam > 38,5 oC, muntah.
d.
Vaksin polio.
Vaksin polio (Oral
Polio Vaccine = OPV) Vaksin oral
polio hidup adalah Polio trivalent yang
terdiri dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1,2 dan 3 (strain sabin)
yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan
dengan sukrosa.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Cara pemberian dan dosis :
Ø Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada
vialvaksin.
Ø
Diberikan
secara oral (melalui mulut), 1 dosis
adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu.
Efek Samping : pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari
0,017 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988
e.
Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin
dan 30 mcg resido erythromycin. Vaksin
ini berbentuk beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
Dosis dan cara pemberian :
1.
Sebelum
di suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang
telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest
2.
Dosis
pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia
9-11 bulan.
3.
Vaksin
campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
Efek
samping : Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.2 Defenisi pengatahuan
Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadapan
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.(Notoatmodjo, 2005:
50).
Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu
(know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami
(comprehension) memahami suatu objek
bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang di ketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain
Analisis
(analysis) Analisis adalah kemampuan
seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di
ketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
4. Sintesis
(synthesis) Sintesis menunjukkan
suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan
yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
5. Evaluasi
(evaluation) Evaluasi berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
criteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
(Notoatmodjo, 2005; 50-52).
2.1.3 Sikap (Attytude)
Sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan
gejala dalam merespons stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala
kejiwaan yang lain. Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yakni:Menerima
a.
Menerima diartikan
bahwa seseorang atau objek mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b.
Menanggapi (responding)
Menanggapi
adalah memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang
dihadapi.
c.
Menghargai (valuning)
Menghargai
adalah subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan dengan mengajak
atau mempengaruhi dan mengajurkan orang lain merespons.
d.
Bertanggungjawab
(responsible)
Sikap
yang paling tinggi
tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini.
(Notoatmodjo, 2005 ; 52-54).
2.1.4 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Menurut Skiner (1938), seorang
ahli psikologis, merumuskan bahwa prilaku merupakan respons atau reaksi
sesesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku
manusia terjadi melalui proses: Stimulus
Organisme Respons, sehingga teori
Skiner ini disebut teori S, O, R. Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya
dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent respons
atau refleksi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu yang disebut eliciting
stimuli, karena menimbulkan respons-respons yamg relative tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dengan berkembangan
kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yamg lain.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku
manusia dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu:
a.
Perilaku tertutup (covert
behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut masih belum dapat di amati orang lain (dari luar) secara
jelas.
b.
Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respos terhadap
stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktis ini dapat di amati orang
lain dari luar atau “observable behavior”. (Notoatmodjo, 2005 ;
43-44)
2.3
.
Tinjauan Umum Tentang Bayi
2.3.1 Pengertian Bayi
Bayi adalah
masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim
seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi
perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang
terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak
dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan
perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun
2.3.2. Tahapan Tumbuh Kembang
Bayi
Tumbuh
kembang bayi ada beberapa tahapan yaitu :
a.
Bayi
1 bulan
1. Berat
badan: 3,0 – 14,3 kg, Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm, Lingkar kepala: 33 – 39 cm
2. Pada
hari-hari pertama, bayi masih belum bisa membuka matanya. Kemudian beberapa
waktu akan bisa melihat dalam jarak 20 cm
3. Tahap
bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan baru.
4. Gerakan
yang dikuasainya merupakan gerakan reflex alami
5. Sangat peka terhadap sentuhan.
6. Akan menggerakkan kepala ke arah bagian tubuh
yang disentuh.
7. Sudah
bisa tersenyum.Menangis adalah bahasa komunikasinya. Semakin lama, bunda akan
tahu dengan sendirinya arti dari menangis sang bayi, apakah bayi bunda menangis
karena lapar, karena gerah atau lainnya.
8. Memegang
jari yang disentuhkan ke tangannya.
9. Menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan tidur
b.
Bayi
2 bulan
1. Berat
badan : 3,6 - 5,2 kg, Panjang badan : 52,8 - 58,1 cm, Lingkar kepala : 35 - 41
cm.
2. Sudah
bisa membedakan muka dan suara.
3. Kualitas penglihatannya meningkat.
4. Matanya
bisa mengikuti gerakan benda yang dekat dengannya.
5. Akan
menghisap setiap benda yang dipegangnya.
6. Bisa
miring ke kiri dan ke kanan.
7. Menggerak
gerakkan tangan dan kaki ketika memita perhatian.
c.
Bayi
3 bulan
1. Berat
badan: 4,2 - 6,0 kg, Panjang badan : 55,5 - 61,1 cm, Lingkar kepala : 37-43 cm.
2. Dapat
mengangkat kepala dan tubuh saat tengkurap.
3. Matanya
sudah memperhatikan lingkungan sekitar.
4. Menangis
jika ditinggal.
5. Mencari arah suara yang didengarnya.
6. Dapat
duduk beberapa waktu jika ditunjang.
7. Menyukai
bayangannya di cermi
8. Semakin
mahir menggunakan tangannya.
9. Mulai
mengenali wajah orang dan benda yg akrab dengannya.
d.
Bayi
4 bulan
1. Berat
badan : 4,7 - 6,7 kg, Panjang badan : 57,8 - 63,7 cm, Lingkar kepala : 38-44
cm.
2. Mulai
mengoceh dan tertawa.
3. Menginjakinjakkan
kaki jika diberdirikan.
4. Dapat
menggerakkan/menggeser-geserkan tubuhnya untuk meraih benda.
5. Mengamati
ekspresi wajah orang dan menirunya.
6. Sebagian
sudah ada yg tumbuh giginya.
e. Bayi 5 bulan.
1. Berat
badan : 5,3-7,3 kg, Panjang badan : 59,8-65,9 cm, Lingkar kepala : 39-45 cm.
2. Menangis
jika mendengar suara ibunya.
3. Dapat
memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang lain.
4. Menangis
jika mainannya diambil.
5. Senyum
dan megoceh saat meminta perhatian.
6. Dapat
memasukkan kaki ke mulutnya.
7. Bereksperimen
dengan suaranya. Membuat suara yang berbeda beda untuk mengkomunikasikan
keinginannya missal lapar, haus, marah, dll.
8. Sangat
suka ditegakkan dalam posisi duduk.
f.
Bayi 6 bulan
1. Berat
badan : 5,8-7,8 kg, Panjang badan : 61,6-67,8 cm, Lingkar kepala : 40-46 cm.
2. Sudah
banyak mengeluarkan suara.
3. Sudah bisa tengkurap sendiri.
4. Belajar menggunakan jari jarinya untuk
menggenggam dengan baik, memukul, mengambil, dan memindahkan benda.
5. Saat
yang tepat untuk mengenalkan MP-ASI.
g.
Bayi
7 bulan
1. Berat
badan : 6,2-8,3 kg, Panjang badan : 63,2-69,5 cm, Lingkar kepala : 40,5-46,5
cm.
2. Sudah
mahir duduk.
3. Sudah dapat mengangkat badannya dalam posisi
merangkak.
4. Saat
posisi merangkak senang mengayunkan badannya ke depan dan kebelakang.
5. Bermain
dengan mainan yang disukai dan akan marah jika mainan tersebut diambil.
h.
Bayi
8 bulan
1. Berat
badan : 6,6-8,8 kg, Panjang badan : 64,6-71,0 cm, Lingkar kepala : 41,5-47,5 cm
2. Mampu
berteriak untuk memanggil orang.
3. Sudah bisa merangkak dan duduk sendiri.
4. Membuang
mainan yang tidak disukainya
5. Sudah
dapat berdiri dengan bantuan.
6. Dapat
memegang botol minumnya sendiri.
i.
Bayi
9 bulan
1. Berat
badan : 7,0-9,2 kg, Panjang badan : 66,0-72,3 cm, Lingkar kepala : 42-48 cm
2. Mulai bereaksi jika diperintah.
3. Mengenal beberapa kata.
4. Dapat berdiri dengan tangan dipegangi.
5. Aktif
merangkak dan memanjat
BAB 1V
METODOLOGI
PENELITIANA
4.1.
Jenis penelitian
Penelitian
ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan wawancara,
obserfasi dan kuesioner yang di
bagikan peneliti untuk mendapatkan data yang di inginkan.
4.1.4 . Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua bayi yang melakukan imunisasi, pada tahun 2013 sebanyak 190 orang dan
tahun 2014 sebanyak 209 orang di Wilayah
Kerja Puskesmas Pembantu Fontein
2. Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang
akan di gunakan oleh penulis adalah random sampling. Random sampling adalah
pengambilan sampel secara acak sebanyak 30 orang tampa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi.
4.2.4 Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Waktu
Penelitian
dilaksanakan pada bulan maret sampai bulan april 2014
2.
Tempat
Tempat
penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Fontein
4.3.4. Instrumen dan Teknik Pengambilan Data
1.
Instrumen
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengisian kuesionar
dengan menggunakan skala pengukuran, skala gutman (dalam bentuk pertanyaan
tertutup) angket ini di berikan kepada tiap ibu yang melakukan imunisasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu.Fontein.
2.
Teknik pengambilan
data.
1.
Data primer
Data di peroleh melalui wawancara
dan obserfasi langsung kepada ibu atau yang mewakili yang berada di lokasi
penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti.
2.
Data sekunder
Data yang di peroleh dari lokasi
penelitian, ini akan dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Sekolah
Tinggi Ilmu kesehatan dan seizin dari Puskesmas Pembantu Fontein.
4.4.4
. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan
data secara langsung terhadap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas
Fontein Kota Kupang adalah melalui prosedur sebagai berikut :
1. Dalam
penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi yakni Ketua
(STIKES)NUSANTARA KUPANG, yang ditujukan kepada pemerintah tempat penilitian
maupun instansi terkait di puskesmas untuk diberi surat keluasan melakukan
pengambilan data penelitian dilapangan.
2. Sebelum
peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden, peneliti memberi
penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya
bila saat mengisi kuesioner ada pertanyaan yang tidak mengerti.
3. Setelah
responden memahami penelitian maka responden diminta kesediaan nya untuk
mengisi kuesioner.
4. Jika
responden mengatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden diminta
untuk mempelajari terlebih dahulu cara mengisi, kemudian mengisi kuesioner
tersebut.
5. Setelah
kuesioner diisi selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan
dianalisa.
4.5.4
. Cara Pengolahan Data
Teknik
pengolahan data dilakukan melalui suatu sistematika atau pentahapan. Adapun
sistematika atau pentahan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Setelah
data terkumpul maka dilakukan editing atau pengutingan data untuk memeriksa
setiap lembar kuesioner yang telah diisi, lalu data dikelompokan sesuai
kriteria yang telah ditetapkan.
2. Koding
Dilakukan
untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu
disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban
(pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar
pertanyaan, nomor pertanyaan nomor variabel dan kode
3. Tabulasi data.
Dilakukan
untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel
tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun silang.
4.6.4
Analisis Data
Untuk
melakukan analisis data maka peneliti melewati 3 (tiga) tahapan yakni :
1. Persiapan
terdiri dari :
a. Cek
nama dan identitas
b. Cek
kelengkapan data
2. Tabulasi
a. Lakukan
pemberian skor pada item
b. Beri
kode yang tidak diberi skor
3. Aplikasi
data
a. Analisa
univariat
Analisa
yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi variabel-variabel
yang diteliti, baik variabel dependent (bebas) maupun variabel independent (tergantung).
Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan
menggunakan skala ordinal dan likert.
b. Analisa
bivariat
Untuk
analisis ini menggunakan system komputerisasi dengan program SPSS versi 20.
Penggunaan program komputer ini untuk mempercepat dan mempermudahkan
perhitungan data statistik.
4.7.4 Etika dan Prosedur Penelitian
Setelah
mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas pembantu fontein Kota kupang maka
peneliti selanjutnya melakukan screning sampel dengan tetap menekankan pada masalah etika peneliti
uang meliputi:
1. Informed consent
(lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada
responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
2. Anomity
(tampa nama)
Untuk kerahasiaan responden peneliti
tidak mencantukan nama responden tetapi peneliti menggunakan kode tertentu
untuk masing-masing responden
3. Confidentialyti
( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dari responden di jamin oleh peneliti, data tersebut hanya
disajikan atau di laporkan pada pihak terkait dengan penelitian.
BAB
V
HASIL
PENELITIAN
5.1. Gambaran
Umum Puskesmas Puskesmas pembantu kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kota
Kupang
5.1.1. Batasan Wilayah
Puskemas
Pembantu Fontein terletak di Kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kota Kupang
berbatasan dengan :
a. Sebelah
Timur : Kelurahan Oetete
b. Sebelah
Selatan: Kelurahan Airnona dan Kelurahan Mantasi
c. Sebelah
Barat: Kelurahan Mantasi , Kelurahan Airmata dan Kelurahan Lai-Lai Besikopan
(LLBK)
d. Sebelah
Utara: Kelurahan Merdeka dan Kelurahan Bonipoi
5.1.2. Demografi
Tabel : 5.1. Distribusi Frekuensi Penduduk
No
|
Uraian
|
Frekuensi
|
%
|
Total
|
1
|
Jumlah Penduduk:
|
4927
|
||
Laki-Laki
|
2579
|
52.34423
|
100
|
|
Perempuan
|
2348
|
47.65577
|
||
2
|
Jumlah Kepala Keluarga
|
1173
|
23.80759
|
|
3
|
Jumlah Balita
|
380
|
7.712604
|
|
Laki-Laki
|
175
|
46.05263
|
100
|
|
Perempuan
|
205
|
53.94737
|
Sumber data: Tahun 2012
Pada Tabel 5.1 diatas didapati
bahwa jumlah penduduk sebanyak 4927
dengan laki- laki sebanyak 2579
atau 52,34 % dan Perempuan sebanyak 2348 atau 47,66%. Jumlah Kepala Keluarga 1173 atau 23,81 % ;
Jumlah Balita 380 orang atau 7,71% terhadap jumlah penduduk yang terinci
laki-laki 175 orang atau 46,05 % dan
perempuan 205 orang atau 53,95
%. Uraian tersebut dapat terlihat pada bagan berikut:

5.1: Grafik Penduduk
sekitar Pustu Fontein
5.1.3. Tenaga
Kesehatan di Pustu Fontein
Tabel
5.2: Distribusi Frekuensi Kesehatan di Pustu Fontein
No
|
Jenis Tenaga
|
Frekuensi
|
Keterangan
|
1
|
Dokter
Umum
|
1
orang
|
Part
time
|
2
|
Perawat
Umum
|
1
orang
|
Full
time
|
3
|
Bidan
|
1
orang
|
Full
time
|
4
|
Perawat
Gizi
|
1
orang
|
Full
time
|
5
|
Tenaga
Gizi
|
1
orang
|
Part
time
|
5.1.4. Distribusi Frekuensi PUS dan Akseptor
Table 5.3: Frekuensi PUS
dan Akseptor
No
|
Uraian
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Jumlah PUS:
|
608
|
12.34
|
2
|
jumlah Akseptor Sbb:
|
||
a. IUD
|
81
|
13.32
|
|
b.Pil
|
42
|
6.908
|
|
c.Suntikan
|
159
|
26.15
|
|
d.MOW
|
42
|
6.908
|
|
e.Implan
|
6
|
0.987
|
|
f.Kondom
|
11
|
1.809
|
|
Jumlah
|
341
|
56.09
|
Berdasarkan
table 5.3 menunjukan bahwa jumlah PUS 608 orang atau 12,34 % terhadap jumlah
penduduk. Dari Jumlah PUS yang terdiri dari 608 orang dimana jumlah akseptor
ada 341 orang yang terdiri dari: IUD ada 81 orang atau
13,32%; Pil ada sebanyak 42 orang atau 6, 91 % ; Suntikan ada sebanyak 159 atau
26,15 %; MOW ada sebanyak 42 orang atau 6,91% ; Implant ada sebanyak 6 orang
atau 0,99 %; dan Kondom ada sebanyak 11 orang atau 1,81 %, seperti terlihat
pada bagan berikut:

Gambar 5.2:Grafik PUS
dan Akseptor
5.1.5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Penduduk
Table 5.4: Distribusi
Frekuensi Pendidikan Penduduk
No
|
Jenis Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Tidak Tamat SD
|
93
|
1.89
|
2
|
SD
|
466
|
9.46
|
3
|
SMP
|
1006
|
20.42
|
4
|
SMA
|
573
|
22.02
|
5
|
D3
|
224
|
4.55
|
6
|
S1
|
145
|
2.94
|
7
|
S2
|
54
|
2.08
|
8
|
S3
|
41
|
0.83
|
9
|
Jumlah PenduduK Yang
terdata
|
2602
|
52.81
|
10
|
Penduduk yang belum
terdata
|
2325
|
47.189
|
11
|
Jumlah Penduduk
Seluruhnya
|
4927
|
100.00
|
Sesuai
dengan data penduduk sebanyak 2602 dari jumlah penduduk seluruhnya 4927 orang
ternyata penduduk yang tidak tamat SD ada sebanyak 93 orang atau 1,89 % ; SD
ada sebanyak 466 orang atau 9,46 % ; SMP ada sebanyak 1006 atau 20,42 % ; SMA ada sebanyak 573 orang atau
22,02% ; D3 sebanyak 224 orang atau 4,55%; S1 sebanyak 145 orang atau 2,94%; S2
sebanyak 54 orang atau 2,08%; S3
sebanyak atau 0,83% ; Jumlah penduduk yang telah terdata secara jelas jenjang
pendidikan sebanyak 2602 orang atau 52,81% sedangkan yang belum secara jelas
artinya tidak terketahui sebanyak 2325 orang atau 47,19%.

Gambar
5.3: Pendidikan Penduduk
5.1.6. Distribusi
Frekuensi Pendidikan Ibu
Table 5.5.
Pendidikan Ibu
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
Kategori
|
1
|
SD dan SMP
|
6
|
13.95349
|
Rendah
|
2
|
SMA,AKADEMI/PT
|
37
|
86.04651
|
Tinggi
|
Total
|
43
|
100
|
Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi
secara relative tentang sejauh mana pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi anak balita. Dari table 5.4
menunjukan bahwa terdapat 43 responden dengan jenjang pendidikan SD dan SMP
sebanyak 6 orang atau 13,95% termasuk kategori rendah sedangkan ibu berjenjang
pendidikan SMA, Akademi/PT sebanyak 37 orang atau 86’04% termasuk kategori
tinggi.
5.1.7.
Sarana
Kesehatan
Table 5.4: Distribusi frekuensi Sarana Kesehatan
dan UKBM
No
|
Nama
Sarana
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
RST
Wirasakti Kupang
|
1
buah
|
ABRI
|
2
|
Pustu
Fontein
|
1
buah
|
Pemerintah
|
3
|
Laboratorium
|
2
buah
|
1
ABRI, 2 swasta
|
4
|
Apotek
|
3
buah
|
1
ABRI, 2 swasta/kimia Farma
|
5
|
Praktek
Dokter swasta
|
5
buah
|
SPOG,SPA,Dokter Gigi, SP.Mata, Sp. Bedah
|
6
|
UKBM
a.
Posyandu
b.
Dasa
Wisma
|
5
Buah
1
Buah
|
Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
|
5.2.
Analisis Univariat
Analisis
deskriptif atau univariat adalah cara analisis dengan mendiskripstifkan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Prinsipnya secara umum
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari variabel.
Analisis
univariat dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.2.1.
Karakteristik
Responden
5.2.1.1.Umur
5.2.1.1.a.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
di Pustu
Fontein
No
|
Umur/Bln
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
9
|
6
|
14
|
2
|
10
|
7
|
16.3
|
3
|
11
|
11
|
25.6
|
4
|
12
|
4
|
9.30
|
5
|
13
|
1
|
2.33
|
6
|
14
|
3
|
6.98
|
7
|
15
|
2
|
4.65
|
8
|
16
|
1
|
2.33
|
9
|
17
|
3
|
6.98
|
10
|
18
|
2
|
4.65
|
11
|
19
|
1
|
2.33
|
12
|
16
|
2
|
4.65
|
Total
|
43
|
100
|
Berdasarkan table 5.5. di atas
terlihat bahwa dari 43 orang Balita diperoleh
umur Balita yang datang menimbang paling sedikit adalah umur 13 bulan,
16 bulan dan 19 bulan yaitu 2,33 % sedangkan yang paling banyak adalah Bayi
yang berumur 11 bulan yaitu 25,6 %.
Dapat terlihat pada bagan berikut:

Gambar 5.4:
Frekuensi Berdasarkan Umur di Pustu
Fontein
5.2.1.1.b.
Distribusi frekuensi balita berdasarkan
kelompok umur di Pustu Fontein
Berdasarkan table 5.6, akan disajikan dalam bentuk
table distribusi berkelompok. Untuk menetukan table distribusi berkelompok
sebelumnya perlu mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku secara matematis
sebagai berikut:
1. Menentukan
nilai rentang



2.
Menentukan banyak kelas
dengan menggunakan kaidah aturan empiris sturges





3. Menetukan
panjang atau interval kelas



Pilih
atau
, dipilih 



5.2.1.1.c.
Menetapkan kelas
Table 5.6 Menetapkan
Banyaknya Kelas
Interval
(Umur/Bln)
|
Frekuensi
|
9-10
|
13
|
11-12
|
15
|
13-14
|
4
|
15-16
|
3
|
17-18
|
5
|
19-20
|
3
|
Jumlah
|
43
|
5.2.1.1.d. Membuat
Tabel Distribusi Frekuensi Balita
berdasarkan presentase
Interval
(Umur/Bln)
|
Frekuensi
|
Presentase
|
9-10
|
13
|
30,23
|
11-12
|
15
|
34,88
|
13-14
|
4
|
9,30
|
15-16
|
3
|
6,98
|
17-18
|
5
|
11,63
|
19-20
|
3
|
6,98
|
Jumlah
|
43
|
100
|
Table 5.7. Tabel
Distribusi Frekuensi Balita berdasarkan
presentase
Berdasarkan
table 5.8 tercantum bahwa ternyata balita yang paling banyak datang ke pustu
Fontein adalah bayi berumur 11 bulan -12 bulan yaitu 15 orang atau 34,88 % ; kemudian diikuti balita berumur 9
bulan – 10 bulan adalah 13 orang atau 30,23 % ; 5 orang balita berumur kisaran
17 bulan 18 bulan yaitu 11,63 % ; sementara yang paling sedikit adalah balita
berumur 15 bulan – 16 bulan dan 19 bulan -20 bulan masing-masing 3 orang atau
6,98 %.
5.2.2. Distribusi frekuensi Balita yang mengikuti Imunisasi
Tabel
5.8:Distribusi frekuensi Balita yang
mengikuti Imunisasi
No.
Urut
Anak
|
Jenis Imunisasi Yang diberikan kepada Balita
(Berapa kali)
|
L
A
N
J
U
T
A
N
K
E
K
A
N
A
N
|
No.
urutAnak
|
Jenis Imunisasi Yang diberikan kepada
Balita
(Berapa kali)
|
||||||||
BCG
|
DPT
|
Polio
|
Campak
|
Hepatesis B
|
BCG
|
DPT
|
Polio
|
Campak
|
Hepatesis B
|
|||
1
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
24
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
2
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
25
|
1
|
1
|
4
|
1
|
1
|
|
3
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
26
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
|
4
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
27
|
1
|
1
|
4
|
1
|
1
|
|
5
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
28
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
|
6
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
29
|
1
|
1
|
4
|
1
|
1
|
|
7
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
30
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
8
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
31
|
1
|
1
|
3
|
0
|
1
|
|
9
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
32
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
|
10
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
33
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
11
|
1
|
2
|
1
|
1
|
2
|
34
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
12
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
35
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
|
13
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
36
|
1
|
3
|
4
|
1
|
3
|
|
14
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
37
|
1
|
3
|
4
|
1
|
3
|
|
15
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
38
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
|
16
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
39
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
17
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
40
|
1
|
3
|
4
|
1
|
3
|
|
18
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
41
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
|
19
|
1
|
1
|
4
|
1
|
1
|
42
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
20
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
43
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
|
21
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
skor
|
43
|
90
|
138
|
42
|
90
|
|
22
|
1
|
3
|
3
|
1
|
3
|
TOTAL
|
43
|
129
|
172
|
43
|
129
|
|
23
|
1
|
3
|
4
|
1
|
3
|
%
|
100
|
69.77
|
80.23
|
97.67
|
69.77
|
|
Sumber: PUSTU FONTEIN 2012
|
Dari Tabel 5.8
di atas secara jelas terlihat angka partisipasi mengenai gambaran pengetahuan
Ibu tentang pentingnya Imunisasi dasar . Menurut Anik. M, 2010:215 menyatakan
bahwa ada lima (5) jenis Imunisasi yang wajib diikuti oleh Balita karena menurut Atika P,2010:5 menyatakan
bahwa melalui imunisasi tubuh tidak terserang penyakit, imunisasi sangat
efektif mencegah penyakit menular dan menurunkan angka morbiditas (angka
kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada Balita.
Secara
terperinci ke – 43 Balita yang merupakan sampel menyatakan bahwa
kelima (5) jenis Imunisasi yaitu BCG
memiliki skor 43 dengan presentase 100
%; DPT memiliki skor 129 dengan presentase 69, 77%; Polio memiliki
skor 172 dengan presentase 80,23 %;
Campak memiliki skor 42 dengan
presentase 97,67 % Hepatesis B memiliki
skor 129 dengan presentase 69,77 %.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa tingkat
pengetahuan Ibu dan atau keluarga Balita tentang pentingnya Imunisasi meningkat
setiap tahun. Hal ini terjadi karena peran serta dari semua pihak yaitu
pemerintah, lembaga swasta, masyarakat dan lembaga-lembaga pendukung terhadap
kesehatan masyrakat pada umumnya terus menjadi perhatian serius, tidak terlepas
juga dari peran serta dan kerja keras dari pihak medis atau pihak kesehatan
yang berperan penting dalam kondisi tersebut.
5.3.
Analisa
Bivariat
Untuk
analisis ini menggunakan system komputerisasi dengan program SPSS versi 20.
Penggunaan program komputer ini untuk mempercepat dan mempermudahkan perhitungan
data statistik. Hasil olah data dengan menggunakan SPSS versi 20 sebagai
berikut:
Regression
[DataSet3] C:\Users\user\Documents\OLAH
DATA OSAN.sav
Descriptive Statistics
|
|||
|
Mean
|
Std. Deviation
|
N
|
Y
|
,98
|
,152
|
43
|
X1
|
1,00
|
,000
|
43
|
X2
|
2,09
|
,750
|
43
|
X3
|
3,26
|
,848
|
43
|
X4
|
2,09
|
,750
|
43
|
Correlations
|
||||||
|
Y
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
|
Pearson Correlation
|
Y
|
1,000
|
.
|
,228
|
-,137
|
,228
|
X1
|
.
|
1,000
|
.
|
.
|
.
|
|
X2
|
,228
|
.
|
1,000
|
-,076
|
1,000
|
|
X3
|
-,137
|
.
|
-,076
|
1,000
|
-,076
|
|
X4
|
,228
|
.
|
1,000
|
-,076
|
1,000
|
|
Sig. (1-tailed)
|
Y
|
.
|
,000
|
,071
|
,190
|
,071
|
X1
|
,000
|
.
|
,000
|
,000
|
,000
|
|
X2
|
,071
|
,000
|
.
|
,315
|
,000
|
|
X3
|
,190
|
,000
|
,315
|
.
|
,315
|
|
X4
|
,071
|
,000
|
,000
|
,315
|
.
|
|
N
|
Y
|
43
|
43
|
43
|
43
|
43
|
X1
|
43
|
43
|
43
|
43
|
43
|
|
X2
|
43
|
43
|
43
|
43
|
43
|
|
X3
|
43
|
43
|
43
|
43
|
43
|
|
X4
|
43
|
43
|
43
|
43
|
43
|
Variables Entered/Removeda
|
|||
Model
|
Variables Entered
|
Variables Removed
|
Method
|
1
|
X4, X3b
|
.
|
Enter
|
a. Dependent Variable: Y
|
|||
b. Tolerance = ,000 limits reached.
|
Model Summaryb
|
|||||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Change Statistics
|
||||
R Square Change
|
F Change
|
df1
|
df2
|
Sig.
F Change
|
|||||
1
|
,257a
|
,066
|
,020
|
,151
|
,066
|
1,418
|
2
|
40
|
,254
|
a. Predictors: (Constant), X4, X3
|
|||||||||
b. Dependent Variable: Y
|
ANOVAa
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
,065
|
2
|
,032
|
1,418
|
,254b
|
Residual
|
,912
|
40
|
,023
|
|
|
|
Total
|
,977
|
42
|
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
||||||
b. Predictors: (Constant), X4, X3
|
Coefficientsa
|
|||||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Correlations
|
Collinearity Statistics
|
|||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
,954
|
,117
|
|
8,147
|
,000
|
|
|
|
|
|
X3
|
-,022
|
,028
|
-,121
|
-,786
|
,436
|
-,137
|
-,123
|
-,120
|
,994
|
1,006
|
|
X4
|
,044
|
,031
|
,218
|
1,425
|
,162
|
,228
|
,220
|
,218
|
,994
|
1,006
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Collinearity Diagnosticsa
|
||||||
Model
|
Dimension
|
Eigenvalue
|
Condition Index
|
Variance Proportions
|
||
(Constant)
|
X3
|
X4
|
||||
1
|
1
|
2,879
|
1,000
|
,00
|
,01
|
,01
|
2
|
,097
|
5,460
|
,01
|
,23
|
,70
|
|
3
|
,025
|
10,783
|
,98
|
,76
|
,29
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Residuals Statisticsa
|
|||||
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
N
|
Predicted Value
|
,91
|
1,04
|
,98
|
,039
|
43
|
Std. Predicted Value
|
-1,648
|
1,720
|
,000
|
1,000
|
43
|
Standard Error of Predicted Value
|
,024
|
,077
|
,038
|
,011
|
43
|
Adjusted Predicted Value
|
,90
|
1,05
|
,98
|
,041
|
43
|
Residual
|
-,912
|
,088
|
,000
|
,147
|
43
|
Std. Residual
|
-6,040
|
,582
|
,000
|
,976
|
43
|
Stud. Residual
|
-6,325
|
,610
|
-,002
|
1,021
|
43
|
Deleted Residual
|
-1,000
|
,096
|
-,001
|
,161
|
43
|
Stud. Deleted Residual
|
-,306
|
,605
|
,147
|
,262
|
42
|
Mahal. Distance
|
,113
|
9,848
|
1,953
|
1,800
|
43
|
Cook's Distance
|
,000
|
1,285
|
,032
|
,196
|
43
|
Centered Leverage Value
|
,003
|
,234
|
,047
|
,043
|
43
|
a. Dependent Variable: Y
|



NEW FILE.
DATASET NAME
DataSet1 WINDOW=FRONT.
NEW FILE.
DATASET NAME
DataSet2 WINDOW=FRONT.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Penelitian sesuai Analisa Univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara
distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent
(bebas) maupun variabel independent (tergantung). Untuk analisa ini semua
variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan menggunakan skala
ordinal dan likert.
1. Jumlah
Penduduk
Jumlah penduduk masyarakat yang ada
di wilayah pelayanan pada Pustu Fontein sebanyak 4927 dengan laki- laki sebanyak 2579 atau 52,34 % dan
Perempuan sebanyak 2348 atau 47,66%.
Jumlah Kepala Keluarga 1173 atau 23,81 % ; Jumlah Balita 380 orang atau
7,71% terhadap jumlah penduduk yang terinci laki-laki 175 orang atau 46,05 %
dan perempuan 205 orang atau 53,95 %
2. Tenaga
Medis yang ada di Pustu Fontein
3. Jumlah
PUS dan Aseptor
Jumlah
PUS 608 orang atau 12,34 % terhadap jumlah penduduk. Dari Jumlah PUS yang
terdiri dari 608 orang dimana jumlah akseptor ada 341 orang
yang terdiri dari: IUD ada 81 orang atau 13,32%; Pil ada sebanyak 42
orang atau 6, 91 % ; Suntikan ada sebanyak 159 atau 26,15 %; MOW ada sebanyak
42 orang atau 6,91% ; Implant ada sebanyak 6 orang atau 0,99 %; dan Kondom ada
sebanyak 11 orang atau 1,81 %
4. Jenjang
Pendidikan Penduduk
Sesuai dengan data penduduk sebanyak
2602 dari jumlah penduduk seluruhnya 4927 orang ternyata penduduk yang tidak
tamat SD ada sebanyak 93 orang atau 1,89 % ; SD ada sebanyak 466 orang atau
9,46 % ; SMP ada sebanyak 1006 atau
20,42 % ; SMA ada sebanyak 573 orang atau 22,02% ; D3 sebanyak 224 orang
atau 4,55%; S1 sebanyak 145 orang atau 2,94%; S2 sebanyak 54 orang atau 2,08%; S3 sebanyak atau 0,83% ;
Jumlah penduduk yang telah terdata secara jelas jenjang pendidikan sebanyak
2602 orang atau 52,81% sedangkan yang belum secara jelas artinya tidak
terketahui sebanyak 2325 orang atau 47,19%.
5. Sarana
Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Pustu
Fontein adalah RST Wirasakti Kupang
sebanyak 1 unit (Hasil kerja sama antara pihak Pustu Fontein dengan ABRI);
Pustu Fontein sebanyak 1 unit (milik pemerintah); Laboratorium 2 buah ( milik ABRI dan Swasta);
Apotek sebanyak 3 unit (milik ABRI, swasta/kimia Farma), Praktek Dokter swasta
sebanyak 5 unit ( SPOG,SPA,Dokter Gigi, SP.Mata, dan Sp. Bedah); UKM berupa
Posyandu dan Dasa Wisma masing-masing 5 unit dan 1 unit ( upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat)
6. Jumlah
Balita Menurut Jenjang Umur
Balita yang paling banyak datang ke
pustu Fontein adalah bayi berumur 11 bulan - 12 bulan yaitu 15 orang atau 34,88 % ; kemudian diikuti balita berumur 9
bulan – 10 bulan adalah 13 orang atau 30,23 % ; 5 orang balita berumur kisaran
17 bulan 18 bulan yaitu 11,63 % ; sementara yang paling sedikit adalah balita
berumur 15 bulan – 16 bulan dan 19 bulan - 20 bulan masing-masing 3 orang atau
6,98 %
6.2.
Hasil
penelitian Berdasarkan Analisis Bivariat
Berdasarkan
perhitungan statistic regresi linear dengan menggunakan pengolahan data
menggunakan SPSS versi 20 ternyata untuk 43 responden Pemberian imunisasi
Campak (Y atau variabel dependen) dengan mean adalah
0,98 dengan standar Deviasi 0,152; Variabel independen yaitu: imunisasi BCD
(X1) dengan mean 1,00 dengan standar deviasi 0,000; imunisasi DPT (X2) dengan mean
adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750; imunisasi Polio dengan mean adalah 3,26
dan standar deviasi 0,848 ; Imunisasi Hepatesis B (X4) dengan mean adalah 2,09
dan standar Deviasi 0,750. Dari hasil
dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang imunisasi sangat
baik , dimana adanya suatu pemahaman yang positif terhadap imunisasi anak.
BAB VII
PENUTUP
7.1.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti
dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai hasil penelitian yaitu sebagai
berikut:
1. Tingkat
pendidikan ibu akan mempengaruhi secara relative tentang sejauh mana
pengetahuan ibu akan pentingnya
imunisasi anak balita. Dari table 5.4 menunjukan bahwa terdapat 43
responden dengan jenjang pendidikan SD dan SMP sebanyak 6 orang atau 13,95%
termasuk kategori rendah sedangkan ibu berjenjang pendidikan SMA, Akademi/PT
sebanyak 37 orang atau 86’04% termasuk kategori tinggi.
2.
Berdasarkan perhitungan
statistic regresi linear dengan menggunakan pengolahan data menggunakan SPSS versi
20 ternyata untuk 43 responden Pemberian imunisasi Campak (Y atau variabel dependen) dengan
mean adalah 0,98 dengan standar Deviasi 0,152; Variabel independen yaitu:
imunisasi BCD (X1) dengan mean 1,00 dengan standar deviasi 0,000; imunisasi DPT
(X2) dengan mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750; imunisasi Polio dengan
mean adalah 3,26 dan standar deviasi 0,848 ; Imunisasi Hepatesis B (X4) dengan
mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750.
Dari hasil dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang
imunisasi sangat baik , dimana adanya suatu pemahaman yang positif terhadap
imunisasi anak.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan
gambaran prilaku ibu terhadap
pemberian imunisasi dasar pada bayi umur
0 - 20 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Fontein
7.2. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang
perlu dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan antara lain:
a. Bagi
Institusi
Sebagai bahan masukan atau
referensi tambahan dalam proses pembelajaran dalam penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan Pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi
b. Bagi
Profesi Kebidanan
Dapat memberikan masukan bagi
profesi kebidanan yang bisa menjadi acuan dalam proses pembelajaran dan acuan
penelitian selanjutnya.
c. Bagi
Masyarakat
Menjadi masukan dan pertimbangan bagi
masyarakat akan pentingnya imunisasi balita
d. Bagi
Riset
Menjadi acuan atau
studi literature bagi penelitian selanjutnya yang terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar