Selasa, 31 Januari 2017

Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi umur 0 - 20 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu fontein



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 Derajat kesehatan suatu bangsa dan negara dapat diukur dengan indikator. Angka kematian balita merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif, tidak saja mengukur derajat kesehatan tetapi untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa dan negara. Dengan demikian setiap negara akan berusaha untuk menekankan supaya angka kematian pada balita dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan   Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kurang lebih 1,7 juta kematian per tahun pada anak atau balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Agar target nasional dan global dengan cara eradikasi, eliminasi dan redusir terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Kekebalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. (Yuliasti Eka P, 2010 ; Cetakan ke II). Salah satu upaya dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu kesehatan anak pada suatu bangsa dan negara tidak lepas dari dasar keluarga yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung jawab dan kesetiaan untuk berkorban serta pengetahuan ibu dalam memberikan imunisasi terhadap anak balita dalam mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh PD3I atau mengurangi angka kematian
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan (antibody) seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Penyaki-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B. penyakit ini merupakan penghambat pertumbuhan dan perkembangan anak balita. (Atikah P, 2010 ; 1)
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutuskan mata rantai penularan, agar penyelengaraan imunisasi dapat mencapai sasaran yang diharapkan, perlu adanya pedoman penyelenggaraan imunisasi. Hal ini sejalan dengan  Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1053/MenKes/SK/IX/2004. (Yuliasti Eka P, 2010 ; 69)
Imunisasi di indonesia dimulai pada tahun  1956 dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannyan imunisasi BCG untuk menanggulangi Penyakit Tuberklosis. Disusun imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil pada tahun 1974, kemudian imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi diadakan pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Imunization ( EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Pada tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di indonesia cukup tinggi dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau tekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas, menderita kejang sebelumnya, atau menderita penyakit sistem saraf, pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan.
Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.)
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisai. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya pencegahan TN maka imunisai diarahkan kepada pemberian perlindungan baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi tetanus neonatorum merupakan salah satu target harus dicapai sebagai tindakan lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
Seperti di ketahui, Indonesia termasuk Negara endemis TB (penyakit TB terus menerus ada sepanjang tahun) dan  merupakan salah satu Negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air diudara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas atau bersin.
Imunisasi yang diberikan pada kanak-kanak serta bayi merupakan cara yang paling berkesan dan kos efektif untk melindungi mereka dari penyakit tuberculosis (TB), difteri, pertusis ( batuk kokol), tetanus (kancing gigi), poliomyelitis, campak, rubella dan hepatitis B. walau bagaimanapun masih terdapat kanak-kanak yang tidak diberi imunisasi karena kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta jadwal imunisai, salah paham mengenai kontra indikasi, kerisauan tentang kesan sampingan serta komplikasi vaksin.  DR. Neoh Siew Hong..
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka puskesmas menjadi ujung tombak pelayanaan kesehatan di masyarakat harus mengetahui betul tentang pelaksanan dan gambaram umum imunisasi di wilayah kerjanya. Berdasarkan data awal yang kami peroleh, jumlah pasien yang masuk pada tahun 2013 sebanyak 190 bayi dan pada tahun 2014 sebanyak 209 yang diambil dari data base kesehatan pada puskesmas pembantu fontein. Untuk mengetahui hal tersebut maka kami mengadakan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi umur 0 - 20 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu fontein











1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
2.      Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
3.      Bagaimana gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
1.3    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi umur           0 - 20 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Fontein
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi   dasar pada bayi.
b.      Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
c.       Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
1.4    Manfaat Penelitian
1)      Bagi Puskesmas Pembantu Fontein
bahan masukan dalam peningkatan mutu dan peningkatan jumlah kunjungan imunisasi.
2)      Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi institusi pendidikan.






3)      Bagi Peneliti
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangan kemampuan dalam melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang kebidanan
4)      Bagi profesi keperawatan
Memberikan sumber pengetahuan yang luas di bidang kesehatan dalam pembangunan dan kemandirian profesi kebidanan.
5)      Bagi peneliti salanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil penelitian ini guna meningkatkan dalam pelayanan kebidanan.

2.2  Tinjauan Umum Imunisasi Dasar Imunisasi
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen.  Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.  Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.  Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal misalnya terjadinya kecacatan atau kelumpuhan.
2.2.1        Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu : TBC, defteri, tetanus, pertusis (batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
a.       Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b.      Imunisasi DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
c.       Imunisasi polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval 4 minggu
d.      Imunisasi campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan
e.        Imunisasi hepatitis B, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu. (Anik M, 2010 ; 215).

2.2.2        Tujuan Imunisasi
Tujuan  imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan tubuh kepada bayi terhadap penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabakan oleh penyakit yang sering terjangkit. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya mencegah TN maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam minggu pertama melalui ibu. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain
a.       Melaui imunisasi, tubuh tidak mudah diserang penyakit menular
b.      Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
c.       Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. (Atika P, 2010 ; 5)

2.2.3. Manfaat Imunisasi
a.       Untuk anak: mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b.      Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan balita anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c.        Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. (Hanum M, 2010 ; 111-112)
2.2.4        Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam pencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas.
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangasang anti body keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu atau imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan atau kekebalan kepada tubuh bayi dan anak dengan menyuntikan vaksin atau serum dari suatu penyakit yang yang telah di lemahkan dalam tubuh.
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberculosis, difteri, pertusi, tetanus polio, campak dan hepatitis B. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231).
a.       Tuberkulosis (TBC)
TBC adalah suatu penyakit penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun. Di negara-negara berkebang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di negara berkembang. (Depkes RI, 1992)
b.      Difteri

Diftreri adalah merupakn penyakit infeksi yang dapat disebabakan oleh coryne bacterium diphtheriae merangsang saluran pernapasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksin ternyata anak yang yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang kekebalan (antibodi) yang diperoleh dari ibunya hanya berumur satu tahu.
c.       Pertusis
Pertusi atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusi pada saluran pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusi sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
d.   Tetanus

Tetanus adalah penyaki yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum).
Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.
e.       Poliomyelitis

Poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa terakhir kembali ditemukan dibeberapa daerah di indonesia.
f.       Campak

Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet).
 Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
g.      Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231-233).

2.2.5        Jenis Vaksin
Dari sekian banyak jenis vaksin sampai saat ini yang dimasukkan dalam program imunisasi baru 5 jenis vaksin. Berikut ini akan diuraikan vaksin program imunisasi.
a.      Vaksin Hepatitis B
Adalah vaksin virus recombinan yang telah di inaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Dosis dan cara pemberian :
1.      Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense dan homogen.
2.      Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, pada anterolateral paha.
Efek Samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.  Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
b.      Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain paris no.1173.P2
Indikasi                 : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
 Komposisi           : setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksinmengandung basil BCG hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat 1,87 mg   dan Natrium Klorida 9 mg.
Dosis dan Cara pemberian :
1.      Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml pelarut NACL 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan spoid 5 ml.
2.      Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi ≤ 1tahun
3.      Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril dan jarum suntik no. 25 G
4.      Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Efek Samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus.  Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
c.       Vaksin DPT/HB
Vaksin DPT mengandung toksoid difteri, toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap pentakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
Dosis dan Cara Pemberian :
1.      Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
2.      Dosis pertama diberikan 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan).
Efek samping : Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan.  Kasus yang terjadi adalah bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan, menangis menjerit terus menerus lebih dari 3 jam, kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti demam > 38,5 oC, muntah.
d.      Vaksin polio.
Vaksin polio (Oral Polio Vaccine = OPV) Vaksin oral polio hidup adalah Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Indikasi :  Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Cara pemberian dan dosis :
Ø  Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vialvaksin.
Ø  Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Efek Samping : pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,017 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988
e.       Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg resido erythromycin. Vaksin ini berbentuk beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
Dosis dan cara pemberian :
1.      Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest
2.      Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan.
3.      Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
Efek samping : Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.














BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori
2.1.2 Defenisi pengatahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadapan objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.(Notoatmodjo, 2005: 50).
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1.      Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2.      Memahami (comprehension) memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di ketahui tersebut.
3.       Aplikasi (application) Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain
Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di ketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

4.      Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
5.      Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. (Notoatmodjo, 2005; 50-52).
2.1.3  Sikap (Attytude)
Sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek,  sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yakni:Menerima
a.         Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b.         Menanggapi (responding)
Menanggapi adalah memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.         Menghargai (valuning)
Menghargai adalah subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan dengan mengajak atau mempengaruhi dan mengajurkan orang lain merespons.
d.        Bertanggungjawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. (Notoatmodjo, 2005 ; 52-54).






2.1.4  Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa prilaku merupakan respons atau reaksi sesesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus  Organisme  Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori S, O, R. Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:
a.       Respondent respons atau refleksi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yamg relative tetap.
b.      Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dengan berkembangan kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yamg lain.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu:
a.       Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat di amati orang lain (dari luar) secara jelas.
b.      Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respos terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktis ini dapat di amati orang lain dari luar atau “observable behavior”. (Notoatmodjo, 2005 ; 43-44)








2.3  . Tinjauan Umum Tentang Bayi
2.3.1 Pengertian Bayi
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun

2.3.2. Tahapan Tumbuh Kembang Bayi
Tumbuh kembang bayi ada beberapa tahapan yaitu :
a.   Bayi 1 bulan
1.      Berat badan: 3,0 – 14,3 kg, Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm, Lingkar kepala: 33 – 39 cm
2.      Pada hari-hari pertama, bayi masih belum bisa membuka matanya. Kemudian beberapa waktu akan bisa melihat dalam jarak 20 cm
3.      Tahap bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan baru.
4.      Gerakan yang dikuasainya merupakan gerakan reflex alami
5.       Sangat peka terhadap sentuhan.
6.       Akan menggerakkan kepala ke arah bagian tubuh yang disentuh.
7.      Sudah bisa tersenyum.Menangis adalah bahasa komunikasinya. Semakin lama, bunda akan tahu dengan sendirinya arti dari menangis sang bayi, apakah bayi bunda menangis karena lapar, karena gerah atau lainnya.
8.      Memegang jari yang disentuhkan ke tangannya.
9.      Menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur



b.      Bayi 2 bulan
1.      Berat badan : 3,6 - 5,2 kg, Panjang badan : 52,8 - 58,1 cm, Lingkar kepala : 35 - 41 cm.
2.      Sudah bisa membedakan muka dan suara.
3.       Kualitas penglihatannya meningkat.
4.      Matanya bisa mengikuti gerakan benda yang dekat dengannya.
5.      Akan menghisap setiap benda yang dipegangnya.
6.      Bisa miring ke kiri dan ke kanan.
7.      Menggerak gerakkan tangan dan kaki ketika memita perhatian.

c.       Bayi 3 bulan
1.      Berat badan: 4,2 - 6,0 kg, Panjang badan : 55,5 - 61,1 cm, Lingkar kepala : 37-43 cm.
2.      Dapat mengangkat kepala dan tubuh saat tengkurap.
3.      Matanya sudah memperhatikan lingkungan sekitar.
4.      Menangis jika ditinggal.
5.       Mencari arah suara yang didengarnya.
6.      Dapat duduk beberapa waktu jika ditunjang.
7.      Menyukai bayangannya di cermi
8.      Semakin mahir menggunakan tangannya.
9.      Mulai mengenali wajah orang dan benda yg akrab dengannya.
d.      Bayi 4 bulan
1.      Berat badan : 4,7 - 6,7 kg, Panjang badan : 57,8 - 63,7 cm, Lingkar kepala : 38-44 cm.
2.      Mulai mengoceh dan tertawa.
3.      Menginjakinjakkan kaki jika diberdirikan.
4.      Dapat menggerakkan/menggeser-geserkan tubuhnya untuk meraih benda.
5.      Mengamati ekspresi wajah orang dan menirunya.
6.      Sebagian sudah ada yg tumbuh giginya.

e.        Bayi 5 bulan.
1.      Berat badan : 5,3-7,3 kg, Panjang badan : 59,8-65,9 cm, Lingkar kepala : 39-45 cm.
2.      Menangis jika mendengar suara ibunya.
3.      Dapat memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang lain.
4.      Menangis jika mainannya diambil.
5.      Senyum dan megoceh saat meminta perhatian.
6.      Dapat memasukkan kaki ke mulutnya.
7.      Bereksperimen dengan suaranya. Membuat suara yang berbeda beda untuk mengkomunikasikan keinginannya missal lapar, haus, marah, dll.
8.      Sangat suka ditegakkan dalam posisi duduk.
f.        Bayi 6 bulan
1.      Berat badan : 5,8-7,8 kg, Panjang badan : 61,6-67,8 cm, Lingkar kepala : 40-46 cm.
2.      Sudah banyak mengeluarkan suara.
3.       Sudah bisa tengkurap sendiri.
4.       Belajar menggunakan jari jarinya untuk menggenggam dengan baik, memukul, mengambil, dan memindahkan benda.
5.      Saat yang tepat untuk mengenalkan MP-ASI.
g.      Bayi 7 bulan
1.      Berat badan : 6,2-8,3 kg, Panjang badan : 63,2-69,5 cm, Lingkar kepala : 40,5-46,5 cm.
2.      Sudah mahir duduk.
3.       Sudah dapat mengangkat badannya dalam posisi merangkak.
4.      Saat posisi merangkak senang mengayunkan badannya ke depan dan kebelakang.
5.      Bermain dengan mainan yang disukai dan akan marah jika mainan tersebut diambil.
h.      Bayi 8 bulan
1.      Berat badan : 6,6-8,8 kg, Panjang badan : 64,6-71,0 cm, Lingkar kepala : 41,5-47,5 cm
2.      Mampu berteriak untuk memanggil orang.
3.       Sudah bisa merangkak dan duduk sendiri.
4.      Membuang mainan yang tidak disukainya
5.      Sudah dapat berdiri dengan bantuan.
6.      Dapat memegang botol minumnya sendiri.
i.        Bayi 9 bulan
1.      Berat badan : 7,0-9,2 kg, Panjang badan : 66,0-72,3 cm, Lingkar kepala : 42-48 cm
2.       Mulai bereaksi jika diperintah.
3.       Mengenal beberapa kata.
4.       Dapat berdiri dengan tangan dipegangi.
5.      Aktif merangkak dan memanjat













BAB 1V
METODOLOGI PENELITIANA


4.1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan wawancara, obserfasi     dan kuesioner yang di bagikan peneliti untuk mendapatkan data yang di inginkan.
         4.1.4 . Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang melakukan imunisasi, pada tahun 2013 sebanyak 190 orang dan tahun 2014 sebanyak 209 orang  di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Fontein
2.      Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan oleh penulis adalah random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak sebanyak 30 orang tampa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
4.2.4 Waktu dan Tempat Penelitian
1.   Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan maret sampai bulan april 2014
2.   Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Fontein
4.3.4. Instrumen dan Teknik Pengambilan Data
1.      Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengisian kuesionar dengan menggunakan skala pengukuran, skala gutman (dalam bentuk pertanyaan tertutup) angket ini di berikan kepada tiap ibu yang melakukan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu.Fontein.

2.      Teknik pengambilan data.
1.      Data primer
            Data di peroleh melalui wawancara dan obserfasi langsung kepada ibu atau yang mewakili yang berada di lokasi penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti.
2.      Data sekunder
            Data yang di peroleh dari lokasi penelitian, ini akan dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan dan seizin dari Puskesmas Pembantu Fontein.
4.4.4 . Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara langsung terhadap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Fontein Kota Kupang adalah melalui prosedur sebagai berikut :
1.      Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi yakni Ketua (STIKES)NUSANTARA KUPANG, yang ditujukan kepada pemerintah tempat penilitian maupun instansi terkait di puskesmas untuk diberi surat keluasan melakukan pengambilan data penelitian dilapangan.
2.      Sebelum peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden, peneliti memberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya bila saat mengisi kuesioner ada pertanyaan yang tidak mengerti.
3.      Setelah responden memahami penelitian maka responden diminta kesediaan nya untuk mengisi  kuesioner.
4.      Jika responden mengatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu cara mengisi, kemudian mengisi kuesioner tersebut.
5.      Setelah kuesioner diisi selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.
4.5.4 . Cara Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu sistematika atau pentahapan. Adapun sistematika atau pentahan adalah sebagai berikut :
1.      Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau pengutingan data untuk memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi, lalu data dikelompokan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2.      Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan nomor variabel dan kode
3.       Tabulasi data.
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun silang.
4.6.4 Analisis Data
Untuk melakukan analisis data maka peneliti melewati 3 (tiga) tahapan yakni :
1.      Persiapan terdiri dari :
a.       Cek nama dan identitas
b.      Cek kelengkapan data
2.      Tabulasi
a.       Lakukan pemberian skor pada item
b.      Beri kode yang tidak diberi skor
3.      Aplikasi data
a.       Analisa univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent (bebas) maupun variabel independent (tergantung). Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan menggunakan skala ordinal dan likert.
b.      Analisa bivariat
Untuk analisis ini menggunakan system komputerisasi dengan program SPSS versi 20. Penggunaan program komputer ini untuk mempercepat dan mempermudahkan perhitungan data statistik.
4.7.4 Etika dan Prosedur Penelitian
Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas pembantu fontein Kota kupang maka peneliti selanjutnya melakukan screning sampel dengan  tetap menekankan pada masalah etika peneliti uang meliputi:
1.      Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
2.       Anomity (tampa nama)
Untuk kerahasiaan responden peneliti tidak mencantukan nama responden tetapi peneliti menggunakan kode tertentu untuk masing-masing responden
3.       Confidentialyti ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden di jamin oleh peneliti, data tersebut hanya disajikan atau di laporkan pada pihak terkait dengan penelitian.










BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1.      Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas pembantu kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kota Kupang
5.1.1.      Batasan  Wilayah
Puskemas Pembantu Fontein terletak di Kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kota Kupang berbatasan dengan :
a.       Sebelah Timur : Kelurahan Oetete
b.      Sebelah Selatan: Kelurahan Airnona dan Kelurahan Mantasi
c.       Sebelah Barat: Kelurahan Mantasi , Kelurahan Airmata dan Kelurahan Lai-Lai Besikopan (LLBK)
d.      Sebelah Utara: Kelurahan Merdeka dan Kelurahan Bonipoi
5.1.2.      Demografi
Tabel : 5.1. Distribusi Frekuensi Penduduk

No
Uraian
Frekuensi
%
Total
1
Jumlah Penduduk:
4927


Laki-Laki
2579
52.34423
100
Perempuan
2348
47.65577
2
Jumlah Kepala Keluarga
1173
23.80759

3
Jumlah Balita
380
7.712604

Laki-Laki
175
46.05263
100
Perempuan
205
53.94737







Sumber data: Tahun 2012
Pada Tabel 5.1 diatas didapati bahwa  jumlah penduduk sebanyak 4927 dengan         laki- laki sebanyak 2579 atau 52,34 % dan Perempuan sebanyak 2348 atau 47,66%.  Jumlah Kepala Keluarga 1173 atau 23,81 % ; Jumlah Balita 380 orang atau 7,71% terhadap jumlah penduduk yang terinci laki-laki 175 orang atau 46,05 % dan  perempuan 205 orang   atau 53,95 %. Uraian tersebut dapat terlihat pada bagan berikut:

        
5.1: Grafik  Penduduk  sekitar Pustu Fontein
5.1.3.      Tenaga Kesehatan di Pustu Fontein
Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Kesehatan di Pustu Fontein
No
Jenis Tenaga
Frekuensi
Keterangan
1
Dokter Umum
1 orang
Part time
2
Perawat Umum
1 orang
Full time
3
Bidan
1 orang
Full time
4
Perawat Gizi
1 orang
Full time
5
Tenaga Gizi
1 orang
Part time

5.1.4.      Distribusi Frekuensi PUS dan Akseptor
Table 5.3: Frekuensi PUS dan Akseptor
No
Uraian
Frekuensi
%
1
Jumlah PUS:
608
12.34
2
jumlah Akseptor Sbb:



a. IUD
81
13.32

b.Pil
42
6.908

c.Suntikan
159
26.15

d.MOW
42
6.908

e.Implan
6
0.987

f.Kondom
11
1.809
Jumlah
341
56.09

Berdasarkan table 5.3 menunjukan bahwa jumlah PUS 608 orang atau 12,34 % terhadap jumlah penduduk. Dari Jumlah PUS yang terdiri dari 608 orang dimana jumlah akseptor ada  341 orang  yang terdiri dari: IUD ada 81 orang atau 13,32%; Pil ada sebanyak 42 orang atau 6, 91 % ; Suntikan ada sebanyak 159 atau 26,15 %; MOW ada sebanyak 42 orang atau 6,91% ; Implant ada sebanyak 6 orang atau 0,99 %; dan Kondom ada sebanyak 11 orang atau 1,81 %, seperti terlihat pada bagan berikut:


Gambar  5.2:Grafik PUS dan Akseptor













5.1.5.   Distribusi Frekuensi Pendidikan Penduduk

Table 5.4: Distribusi Frekuensi Pendidikan Penduduk
No
Jenis Pendidikan
Frekuensi
%
1
Tidak Tamat SD
93
1.89
2
SD
466
9.46
3
SMP
1006
20.42
4
SMA
573
22.02
5
D3
224
4.55
6
S1
145
2.94
7
S2
54
2.08
8
S3
41
0.83
9
Jumlah PenduduK Yang terdata
2602
52.81
10
Penduduk yang belum terdata
2325
47.189
11
Jumlah Penduduk Seluruhnya
4927
100.00

Sesuai dengan data penduduk sebanyak 2602 dari jumlah penduduk seluruhnya 4927 orang ternyata penduduk yang tidak tamat SD ada sebanyak 93 orang atau 1,89 % ; SD ada sebanyak 466 orang atau 9,46 % ; SMP ada sebanyak 1006 atau  20,42 % ; SMA ada sebanyak 573 orang atau 22,02% ; D3 sebanyak 224 orang atau 4,55%; S1 sebanyak 145 orang atau 2,94%; S2 sebanyak  54 orang atau 2,08%; S3 sebanyak atau 0,83% ; Jumlah penduduk yang telah terdata secara jelas jenjang pendidikan sebanyak 2602 orang atau 52,81% sedangkan yang belum secara jelas artinya tidak terketahui sebanyak 2325 orang atau 47,19%.

 Gambar 5.3: Pendidikan Penduduk

5.1.6.      Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu
Table 5.5. Pendidikan Ibu
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persen (%)
Kategori
1
SD dan SMP
6
13.95349
Rendah
2
SMA,AKADEMI/PT
37
86.04651
Tinggi
Total
43
100


Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi secara relative tentang sejauh mana pengetahuan ibu akan pentingnya  imunisasi anak balita. Dari table 5.4 menunjukan bahwa terdapat 43 responden dengan jenjang pendidikan SD dan SMP sebanyak 6 orang atau 13,95% termasuk kategori rendah sedangkan ibu berjenjang pendidikan SMA, Akademi/PT sebanyak 37 orang atau 86’04% termasuk kategori tinggi.






5.1.7.      Sarana Kesehatan
Table  5.4: Distribusi frekuensi Sarana Kesehatan dan UKBM
No
Nama Sarana
Jumlah
Keterangan
1
RST Wirasakti Kupang
1 buah
ABRI
2
Pustu Fontein
1 buah
Pemerintah
3
Laboratorium
2 buah
1 ABRI, 2 swasta
4
Apotek
3 buah
1 ABRI, 2 swasta/kimia Farma
5
Praktek Dokter swasta
5 buah
SPOG,SPA,Dokter  Gigi, SP.Mata, Sp. Bedah
6
UKBM
a.       Posyandu
b.      Dasa Wisma

5 Buah
1 Buah
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)











































5.2. Analisis Univariat
Analisis deskriptif atau univariat adalah cara analisis dengan mendiskripstifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Prinsipnya secara umum analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari variabel.
Analisis univariat dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.2.1.      Karakteristik Responden
5.2.1.1.Umur
5.2.1.1.a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
            Tabel  5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
                                      di Pustu Fontein
No
Umur/Bln
Frekuensi
Presentase
1
9
6
14
2
10
7
16.3
3
11
11
25.6
4
12
4
9.30
5
13
1
2.33
6
14
3
6.98
7
15
2
4.65
8
16
1
2.33
9
17
3
6.98
10
18
2
4.65
11
19
1
2.33
12
16
2
4.65
Total
43
100

Berdasarkan table 5.5. di atas terlihat bahwa dari 43 orang Balita diperoleh   umur Balita yang datang menimbang paling sedikit adalah umur 13 bulan, 16 bulan dan 19 bulan yaitu 2,33 % sedangkan yang paling banyak adalah Bayi yang berumur  11 bulan yaitu 25,6 %. Dapat terlihat pada bagan berikut:


                    Gambar 5.4: Frekuensi Berdasarkan Umur  di Pustu Fontein

5.2.1.1.b.  Distribusi frekuensi balita berdasarkan kelompok umur di Pustu Fontein
Berdasarkan table 5.6, akan disajikan dalam bentuk table distribusi berkelompok. Untuk menetukan table distribusi berkelompok sebelumnya perlu mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku secara matematis sebagai berikut:
1.      Menentukan nilai rentang
                                                               
2.                        Menentukan banyak kelas dengan menggunakan kaidah aturan empiris sturges
                                                               
                                                               1,633468)
                                                               




3.      Menetukan panjang atau interval kelas
                                               
                                                                          
            Pilih    atau     , dipilih
5.2.1.1.c. Menetapkan kelas
                          Table 5.6 Menetapkan Banyaknya Kelas
Interval
(Umur/Bln)
Frekuensi
9-10
13
11-12
15
13-14
4
15-16
3
17-18
5
19-20
3
Jumlah
43

5.2.1.1.d. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi  Balita berdasarkan presentase
Interval
(Umur/Bln)
Frekuensi
Presentase
9-10
13
30,23
11-12
15
34,88
13-14
4
9,30
15-16
3
6,98
17-18
5
11,63
19-20
3
6,98
Jumlah
43
100
                          Table 5.7. Tabel Distribusi Frekuensi  Balita berdasarkan presentase








Berdasarkan table 5.8 tercantum bahwa ternyata balita yang paling banyak datang ke pustu Fontein adalah bayi  berumur  11 bulan -12 bulan yaitu 15 orang atau  34,88 % ; kemudian diikuti balita berumur 9 bulan – 10 bulan adalah 13 orang atau 30,23 % ; 5 orang balita berumur kisaran 17 bulan 18 bulan yaitu 11,63 % ; sementara yang paling sedikit adalah balita berumur 15 bulan – 16 bulan dan 19 bulan -20 bulan masing-masing 3 orang atau 6,98 %.









































5.2.2.    Distribusi frekuensi  Balita yang mengikuti Imunisasi

Tabel 5.8:Distribusi frekuensi  Balita yang mengikuti Imunisasi
No.
Urut Anak
Jenis Imunisasi Yang diberikan kepada Balita (Berapa kali)





L
A
N
J
U
T
A
N

K
E


K
A
N
A
N

No. urutAnak
Jenis Imunisasi Yang diberikan kepada
 Balita (Berapa kali)
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatesis B
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatesis B
  1
1
3
3
1
3
24
1
2
4
1
2
2
1
2
4
1
2
25
1
1
4
1
1
3
1
3
3
1
3
26
1
2
3
1
2
4
1
2
2
1
2
27
1
1
4
1
1
5
1
3
3
1
3
28
1
2
3
1
2
6
1
3
2
1
3
29
1
1
4
1
1
7
1
3
3
1
3
30
1
2
4
1
2
8
1
3
2
1
3
31
1
1
3
0
1
9
1
2
3
1
2
32
1
3
3
1
3
10
1
3
2
1
3
33
1
2
4
1
2
11
1
2
1
1
2
34
1
2
4
1
2
12
1
1
1
1
1
35
1
3
3
1
3
13
1
2
4
1
2
36
1
3
4
1
3
14
1
1
3
1
1
37
1
3
4
1
3
15
1
2
4
1
2
38
1
2
3
1
2
16
1
1
3
1
1
39
1
2
4
1
2
17
1
1
3
1
1
40
1
3
4
1
3
18
1
1
3
1
1
41
1
2
3
1
2
19
1
1
4
1
1
42
1
2
4
1
2
20
1
2
3
1
2
43
1
2
4
1
2
21
1
2
2
1
2
skor
43
90
138
42
90
22
1
3
3
1
3
TOTAL
43
129
172
43
129
23
1
3
4
1
3
%
100
69.77
80.23
97.67
69.77
Sumber: PUSTU FONTEIN 2012











Dari Tabel 5.8 di atas secara jelas terlihat angka partisipasi mengenai gambaran pengetahuan Ibu tentang pentingnya Imunisasi dasar . Menurut Anik. M, 2010:215 menyatakan bahwa ada lima (5) jenis Imunisasi yang wajib diikuti oleh Balita  karena menurut Atika P,2010:5 menyatakan bahwa melalui imunisasi tubuh tidak terserang penyakit, imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular dan menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan  mortalitas (angka kematian) pada Balita.
Secara terperinci  ke – 43  Balita yang merupakan sampel menyatakan bahwa kelima (5) jenis Imunisasi  yaitu BCG memiliki skor  43 dengan presentase 100 %; DPT memiliki skor  129  dengan presentase 69, 77%; Polio memiliki skor  172 dengan presentase 80,23 %; Campak memiliki skor  42 dengan presentase 97,67 % Hepatesis B  memiliki skor  129 dengan presentase 69,77 %.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan Ibu dan atau keluarga Balita tentang pentingnya Imunisasi meningkat setiap tahun. Hal ini terjadi karena peran serta dari semua pihak yaitu pemerintah, lembaga swasta, masyarakat dan lembaga-lembaga pendukung terhadap kesehatan masyrakat pada umumnya terus menjadi perhatian serius, tidak terlepas juga dari peran serta dan kerja keras dari pihak medis atau pihak kesehatan yang berperan penting dalam kondisi tersebut.












5.3.   Analisa Bivariat
Untuk analisis ini menggunakan system komputerisasi dengan program SPSS versi 20. Penggunaan program komputer ini untuk mempercepat dan mempermudahkan perhitungan data statistik. Hasil olah data dengan menggunakan SPSS versi 20 sebagai berikut:
Regression

[DataSet3] C:\Users\user\Documents\OLAH DATA OSAN.sav

Descriptive Statistics

Mean
Std. Deviation
N
Y
,98
,152
43
X1
1,00
,000
43
X2
2,09
,750
43
X3
3,26
,848
43
X4
2,09
,750
43


Correlations

Y
X1
X2
X3
X4
Pearson Correlation
Y
1,000
.
,228
-,137
,228
X1
.
1,000
.
.
.
X2
,228
.
1,000
-,076
1,000
X3
-,137
.
-,076
1,000
-,076
X4
,228
.
1,000
-,076
1,000
Sig. (1-tailed)
Y
.
,000
,071
,190
,071
X1
,000
.
,000
,000
,000
X2
,071
,000
.
,315
,000
X3
,190
,000
,315
.
,315
X4
,071
,000
,000
,315
.
N
Y
43
43
43
43
43
X1
43
43
43
43
43
X2
43
43
43
43
43
X3
43
43
43
43
43
X4
43
43
43
43
43


Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
X4, X3b
.
Enter
a. Dependent Variable: Y
b. Tolerance = ,000 limits reached.



Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig.
F Change
1
,257a
,066
,020
,151
,066
1,418
2
40
,254
a. Predictors: (Constant), X4, X3
b. Dependent Variable: Y


ANOVAa
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
,065
2
,032
1,418
,254b
Residual
,912
40
,023


Total
,977
42



a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X3


Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
VIF
1
(Constant)
,954
,117

8,147
,000





X3
-,022
,028
-,121
-,786
,436
-,137
-,123
-,120
,994
1,006
X4
,044
,031
,218
1,425
,162
,228
,220
,218
,994
1,006
a. Dependent Variable: Y


Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimension
Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant)
X3
X4
1
1
2,879
1,000
,00
,01
,01
2
,097
5,460
,01
,23
,70
3
,025
10,783
,98
,76
,29
a. Dependent Variable: Y


Residuals Statisticsa

Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Predicted Value
,91
1,04
,98
,039
43
Std. Predicted Value
-1,648
1,720
,000
1,000
43
Standard Error of Predicted Value
,024
,077
,038
,011
43
Adjusted Predicted Value
,90
1,05
,98
,041
43
Residual
-,912
,088
,000
,147
43
Std. Residual
-6,040
,582
,000
,976
43
Stud. Residual
-6,325
,610
-,002
1,021
43
Deleted Residual
-1,000
,096
-,001
,161
43
Stud. Deleted Residual
-,306
,605
,147
,262
42
Mahal. Distance
,113
9,848
1,953
1,800
43
Cook's Distance
,000
1,285
,032
,196
43
Centered Leverage Value
,003
,234
,047
,043
43
a. Dependent Variable: Y








NEW FILE.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet2 WINDOW=FRONT.
REGRESSION
  /MISSING LISTWISE
  /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
  /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
  /NOORIGIN
  /DEPENDENT Y
  /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4.





BAB VI
PEMBAHASAN

6.1.  Hasil Penelitian sesuai Analisa Univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent (bebas) maupun variabel independent (tergantung). Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan menggunakan skala ordinal dan likert.
1.      Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk masyarakat yang ada di wilayah pelayanan pada Pustu Fontein sebanyak 4927 dengan  laki- laki sebanyak 2579 atau 52,34 % dan Perempuan sebanyak 2348 atau 47,66%.  Jumlah Kepala Keluarga 1173 atau 23,81 % ; Jumlah Balita 380 orang atau 7,71% terhadap jumlah penduduk yang terinci laki-laki 175 orang atau 46,05 % dan  perempuan 205 orang  atau 53,95 %
2.      Tenaga Medis yang ada di Pustu Fontein
3.      Jumlah PUS dan Aseptor
Jumlah PUS 608 orang atau 12,34 % terhadap jumlah penduduk. Dari Jumlah PUS yang terdiri dari 608 orang dimana jumlah akseptor ada  341 orang  yang terdiri dari: IUD ada 81 orang atau 13,32%; Pil ada sebanyak 42 orang atau 6, 91 % ; Suntikan ada sebanyak 159 atau 26,15 %; MOW ada sebanyak 42 orang atau 6,91% ; Implant ada sebanyak 6 orang atau 0,99 %; dan Kondom ada sebanyak 11 orang atau 1,81 %
4.      Jenjang Pendidikan Penduduk
Sesuai dengan data penduduk sebanyak 2602 dari jumlah penduduk seluruhnya 4927 orang ternyata penduduk yang tidak tamat SD ada sebanyak 93 orang atau 1,89 % ; SD ada sebanyak 466 orang atau 9,46 % ; SMP ada sebanyak 1006 atau  20,42 % ; SMA ada sebanyak 573 orang atau 22,02% ; D3 sebanyak 224 orang atau 4,55%; S1 sebanyak 145 orang atau 2,94%; S2 sebanyak  54 orang atau 2,08%; S3 sebanyak atau 0,83% ; Jumlah penduduk yang telah terdata secara jelas jenjang pendidikan sebanyak 2602 orang atau 52,81% sedangkan yang belum secara jelas artinya tidak terketahui sebanyak 2325 orang atau 47,19%.

5.      Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Pustu Fontein adalah  RST Wirasakti Kupang sebanyak 1 unit (Hasil kerja sama antara pihak Pustu Fontein dengan ABRI); Pustu Fontein sebanyak 1 unit (milik pemerintah);  Laboratorium 2 buah ( milik ABRI dan Swasta); Apotek sebanyak 3 unit (milik ABRI, swasta/kimia Farma), Praktek Dokter swasta sebanyak 5 unit ( SPOG,SPA,Dokter Gigi, SP.Mata, dan Sp. Bedah); UKM berupa Posyandu dan Dasa Wisma masing-masing 5 unit dan 1 unit ( upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat)
6.      Jumlah Balita Menurut Jenjang Umur
Balita yang paling banyak datang ke pustu Fontein adalah bayi  berumur  11 bulan - 12 bulan yaitu 15 orang atau  34,88 % ; kemudian diikuti balita berumur 9 bulan – 10 bulan adalah 13 orang atau 30,23 % ; 5 orang balita berumur kisaran 17 bulan 18 bulan yaitu 11,63 % ; sementara yang paling sedikit adalah balita berumur 15 bulan – 16 bulan dan 19 bulan - 20 bulan masing-masing 3 orang atau 6,98 %















6.2.       Hasil penelitian Berdasarkan Analisis Bivariat

Berdasarkan perhitungan statistic regresi linear dengan menggunakan pengolahan data menggunakan SPSS versi 20 ternyata untuk 43 responden Pemberian imunisasi Campak          (Y atau variabel dependen) dengan mean adalah 0,98 dengan standar Deviasi 0,152; Variabel independen yaitu: imunisasi BCD (X1) dengan mean 1,00 dengan standar deviasi 0,000; imunisasi DPT (X2) dengan mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750; imunisasi Polio dengan mean adalah 3,26 dan standar deviasi 0,848 ; Imunisasi Hepatesis B (X4) dengan mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750.  Dari hasil dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang imunisasi sangat baik , dimana adanya suatu pemahaman yang positif terhadap imunisasi anak.


















BAB VII
PENUTUP
7.1.    Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai hasil penelitian yaitu sebagai berikut:
1.      Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi secara relative tentang sejauh mana pengetahuan ibu akan pentingnya  imunisasi anak balita. Dari table 5.4 menunjukan bahwa terdapat 43 responden dengan jenjang pendidikan SD dan SMP sebanyak 6 orang atau 13,95% termasuk kategori rendah sedangkan ibu berjenjang pendidikan SMA, Akademi/PT sebanyak 37 orang atau 86’04% termasuk kategori tinggi.
2.   Berdasarkan perhitungan statistic regresi linear dengan menggunakan pengolahan data menggunakan SPSS versi 20 ternyata untuk 43 responden Pemberian imunisasi Campak          (Y atau variabel dependen) dengan mean adalah 0,98 dengan standar Deviasi 0,152; Variabel independen yaitu: imunisasi BCD (X1) dengan mean 1,00 dengan standar deviasi 0,000; imunisasi DPT (X2) dengan mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750; imunisasi Polio dengan mean adalah 3,26 dan standar deviasi 0,848 ; Imunisasi Hepatesis B (X4) dengan mean adalah 2,09 dan standar Deviasi 0,750.  Dari hasil dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang imunisasi sangat baik , dimana adanya suatu pemahaman yang positif terhadap imunisasi anak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi umur  0 - 20 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Fontein







7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang perlu dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan antara lain:
a.       Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau referensi tambahan dalam proses pembelajaran dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi
b.      Bagi Profesi Kebidanan
Dapat memberikan masukan bagi profesi kebidanan yang bisa menjadi acuan dalam proses pembelajaran dan acuan penelitian selanjutnya.
c.       Bagi Masyarakat
Menjadi masukan dan pertimbangan bagi masyarakat akan pentingnya imunisasi balita
d.      Bagi Riset
Menjadi acuan atau studi literature bagi penelitian selanjutnya yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar