Jumat, 30 September 2016

PERANAN PENGAWAS DALAM SUPERVISI PENGAJARAN PENJAS PADA SMA KRISTEN ATAMBUA”.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan wadah yang siap mengahasilkan manusia menjadi berkat bagi lingkungan dimana manusia itu diproses bahkan menjalar kapan dan dimanapun manusia itu berada dan beraktivitas menuju kearah yang lebih potensial, sebagai pelaku sebuah kemajuan positif bagi bangsa dan negara dimana manusia itu berada.
Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Begitu pentingnya pendidikan bagi manusia maka perlu diakui secara bersama bahwa dengan adanya pendidikan maka proses pendidikan terhadap manusia dengan sendirinya sudah membawakan manusia secara langsung dan juga secara tidak langsung untuk belajar menggapai suatu perubahan positif dimana manusia berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan kecerdasan, serta manusia dituntut untuk mengembangkan kemampuan sikap dan tingkah lakunya dalam setiap perwujudan aktivitas baik itu dilingkungan masyarakat kelas bawah, menengah dan juga merakit pada jenjang masyarakat tingkat atas.
Pendidikan merupakan sistem kerja yang saling terkait antara komponen yang satudengan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung tombakpelaksanaan pendidikan di berbagai jenjang, sebenarnya masih ada komponen lain yangharus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan di lapis bawah yaitu peran kepala sekolah. Kinerja guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pemecahannya,sehingga tidaklah mengherankan jika hampir setiap bangsa telahmenempatkan masalah pendidikan dalam suatu tempet yang utama.Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni mencapai tujuanpendidikan yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip yang telahdikembangkan serta teruji kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya akanmendasari pemecahan masalah baik dalam hal kebijakannya yang akan tercermin dalamperencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum maupun dalam hal-hal yanglebih operasional, yang dapat kita tinjau di sekolah atau di kelas sebagai lembaga yangmelaksanakan pendidikan secara formal.Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalampembangunan pendidikan .Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikantelah menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur danmengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.Tantangan pembangunan pendidikan dasar adalah: a) Pemerataan dan mutu adalah bagaimana mensinkronkan antara pemerataan dan mutusebagai sasaran yang dapat dicapai secara simultan dan saling mengisi. b) Kualitas dan relevansi pendidikan,tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamemperbaiki dan meningkatkan kualifikasi, kemampuan dan kesejahteraan guru, sertakepala sekolah sebagai factor yang mempengaruhi secara langsungterhadap mutu pendidikan, penyempurnaan kurikulum agar lebih fleksibel, melengkapisarana dan prasarana pendidikan, mengoptimalkan pendayagunaan sumberdayapendidikan agar lebih efisien. c) Penataan manajemen pendidikan dasar, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamelakukan pembaharuan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efesiensidan efektifitas ,serta otonomi pengelolaan pendidikanPeningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalampembangunan pendidikan. Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikantelah menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur danmengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.Tantangan pembangunan pendidikan dasar adalah: a) Pemerataan dan mutu adalah bagaimana mensinkronkan antara pemerataan danmutu sebagai sasaran yang dapat dicapai secara simultan dan saling mengisi. b). Kualitas dan relevansi pendidikan, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamemperbaiki dan meningkatkan kualifikasi, kemampuan dan kesejahteraan guru, sertakepala sekolah sebagai factor yang mempengaruhi secara langsung terhadap mutupendidikan, penyempurnaan kurikulum agar lebih fleksibel, melengkapi sarana dan  prasarana pendidikan, mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya pendidikan agarlebih efisien. c). Penataan manajemen pendidikan dasar, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamelakukan pembaharuan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efesiensidan efektifitas ,serta otonomi pengelolaan pendidikan berdasarkan kewenangan pusat dandaerah.Dalam pengertian ini sebenarnya begitu banyak masalah yang timbul dalam duniapendidikan yang menyangkut manusia sebagai subyek dan sebagai obyek pendidikan itusendiri. Proses perubahan sikap manusia yang dipengaruhi oleh manusia lainnya itusebenarnya memerlukan suatu pengkajian yang cermat dalam pengajar dan pendidikterkait erat dengan kondisi lingkungan sekaligus figure kepala sekolah yang menjadi atasannya.
Kegiatan Pembelajaran Penjas tidak terlepas dari pengawasan terhadap kinerja guru, salah satu metode yang sering digunakan adalah melalui media kontrol yang biasa disebut supervisi.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Orang yang melakukan supervise disebut supervisor. Dibidang pendidikan disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas ditingkatkan kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya
Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
                 Berdasarkan asumsi di atas maka peneliti akan memaparkan data awal yaitu untuk kabupaten Belu Pengawas terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut: Kordinator Pengawas  mata  terdiri dari 1 orang, Kordinator perumus untuk SD sampai SMA biasa disebut PKSD ada 6 orang, dan juga 6 orang tersebut juga langsung memantau KBM pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Sesuai dengan observasi awal biasanya kegiatan supervisi dilakukan kurang lebih 2 kali dalam setahun.  Fakta yang didapati menjadi evaluasi bersama adalah tahap perencanaan kebanyakan kurang tepat dan sering terbuai dengan metode lama kadang tidak mengikuti perkembangan zaman; tahap aksi atau pelaksanaan tindakan dimana terkadang guru monoton dan kaku serta kebanyakan guru penjas tidak fleksibel terhadap situasi dan kondisi; tahap pengamatan dimana Guru penjas kurang memantau keadaan siswa saat KBM atau praktek Pendidikan jasmani dilapangan, tahap evaluasi dan refleksi/umpan balik dimana umpan balik yang dilakukan guru terhadap siswa terkadang sulit dimengerti oleh siswa, umpan balik yang kurang tepat sasaran. Hal-hal yang akan dilakukan oleh  supervisior yaitu: Controlling adalah memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya; Correcting adalah memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan; Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak ;Directing adalah  pengarahan, menentukan ketetapan/garis Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik.
                 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul penelitian: “ PERANAN PENGAWAS DALAM SUPERVISI PENGAJARAN PENJAS PADA  SMA KRISTEN ATAMBUA”.



1.2.  RUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian nantinya, masalah yang akan dibahas berhubungan dengan tugas kepala sekolah dan atau pengawas  dalam supervisi pada kabupaten Belu dalam pelaksanaan supervisi kelas, agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih dalam tentang tema yang diambil maka penulis akan menekankan pada tiga pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut : Sampai dimanakah peran Pengawas/Kepala sekolah sebagai supervisor? Bagaimanakah fungsi Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor? Sejauh manakah profesionalisme Pengawas/Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi?

1.3.     BATASAN MASALAH
Untuk lebih menfokuskan pembahasan pada pokok permasalahan maka penulis member batasan tentang Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor, yang meliputi tiga halberikut :
1.      Efek tingkah laku guru sebagai akibat dari peran Pengawas/ KepalaSekolah sebagai supervisor
2.      Fungsi Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor
3.      Profesionalisme Pengawas / Kepala sekolah dalam melaksanakansupervisi.

1.4.  TUJUAN
Adapun yang akan menjadi tujuan dalam penelitian adalah:
1.      Untuk mencari tahu  Model dan Supervisi Pembelajaran yang dilakukan pada 
2.      Untuk mengetahui hal –hal yang akan menjadi terobosan di bidang Supervisi Pembelajaran yang dilakukan oleh pihak supervisior dan langkah apa yang dilakukan sebagai upaya perbaikan pembelajaran mata pelajaran penjas di

1.5. MANFAAT DAN KEGUNAAN
Manfaat dan kegunaan dalam penelitian ini adalah :
1.      Dapat mengetahui pengertian Supervisi (kepengawasan)
2.       Dapat mengetahui fungsi kepala sekolah sebagai supervisor.
3.      Dapat mengetahui Ciri-ciri supervisor yang baik.
4.      Dapat mengetahui pengertian profesionalisme kepela sekolah sebagai supervisor.
5.      Dapat mengetahui tugas-tugas supervisor.

1.6. DEFENISI OPERASIONAL KONSEP

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakn sesuatu yang dapat   digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani (Soepartono,2000)
Bagian dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran, ketrampilan berpikir krutis, stabilitas emosional,ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Nadisah (1992) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilakan pola-pola perilaku yang bersangkutan.
Dalam pengajaran penjas perlu dikaji kemampuan guru penjas, untuk mengukur sekaligus mengawasinya biasanya dilakukan supervisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar