Jumat, 30 September 2016

PERANAN PENGAWAS DALAM SUPERVISI PENGAJARAN PENJAS PADA SMA KRISTEN ATAMBUA”.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan wadah yang siap mengahasilkan manusia menjadi berkat bagi lingkungan dimana manusia itu diproses bahkan menjalar kapan dan dimanapun manusia itu berada dan beraktivitas menuju kearah yang lebih potensial, sebagai pelaku sebuah kemajuan positif bagi bangsa dan negara dimana manusia itu berada.
Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Begitu pentingnya pendidikan bagi manusia maka perlu diakui secara bersama bahwa dengan adanya pendidikan maka proses pendidikan terhadap manusia dengan sendirinya sudah membawakan manusia secara langsung dan juga secara tidak langsung untuk belajar menggapai suatu perubahan positif dimana manusia berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan kecerdasan, serta manusia dituntut untuk mengembangkan kemampuan sikap dan tingkah lakunya dalam setiap perwujudan aktivitas baik itu dilingkungan masyarakat kelas bawah, menengah dan juga merakit pada jenjang masyarakat tingkat atas.
Pendidikan merupakan sistem kerja yang saling terkait antara komponen yang satudengan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung tombakpelaksanaan pendidikan di berbagai jenjang, sebenarnya masih ada komponen lain yangharus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan di lapis bawah yaitu peran kepala sekolah. Kinerja guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pemecahannya,sehingga tidaklah mengherankan jika hampir setiap bangsa telahmenempatkan masalah pendidikan dalam suatu tempet yang utama.Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni mencapai tujuanpendidikan yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip yang telahdikembangkan serta teruji kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya akanmendasari pemecahan masalah baik dalam hal kebijakannya yang akan tercermin dalamperencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum maupun dalam hal-hal yanglebih operasional, yang dapat kita tinjau di sekolah atau di kelas sebagai lembaga yangmelaksanakan pendidikan secara formal.Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalampembangunan pendidikan .Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikantelah menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur danmengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.Tantangan pembangunan pendidikan dasar adalah: a) Pemerataan dan mutu adalah bagaimana mensinkronkan antara pemerataan dan mutusebagai sasaran yang dapat dicapai secara simultan dan saling mengisi. b) Kualitas dan relevansi pendidikan,tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamemperbaiki dan meningkatkan kualifikasi, kemampuan dan kesejahteraan guru, sertakepala sekolah sebagai factor yang mempengaruhi secara langsungterhadap mutu pendidikan, penyempurnaan kurikulum agar lebih fleksibel, melengkapisarana dan prasarana pendidikan, mengoptimalkan pendayagunaan sumberdayapendidikan agar lebih efisien. c) Penataan manajemen pendidikan dasar, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamelakukan pembaharuan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efesiensidan efektifitas ,serta otonomi pengelolaan pendidikanPeningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalampembangunan pendidikan. Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikantelah menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur danmengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.Tantangan pembangunan pendidikan dasar adalah: a) Pemerataan dan mutu adalah bagaimana mensinkronkan antara pemerataan danmutu sebagai sasaran yang dapat dicapai secara simultan dan saling mengisi. b). Kualitas dan relevansi pendidikan, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamemperbaiki dan meningkatkan kualifikasi, kemampuan dan kesejahteraan guru, sertakepala sekolah sebagai factor yang mempengaruhi secara langsung terhadap mutupendidikan, penyempurnaan kurikulum agar lebih fleksibel, melengkapi sarana dan  prasarana pendidikan, mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya pendidikan agarlebih efisien. c). Penataan manajemen pendidikan dasar, tantangan yang dihadapi adalah bagaimanamelakukan pembaharuan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efesiensidan efektifitas ,serta otonomi pengelolaan pendidikan berdasarkan kewenangan pusat dandaerah.Dalam pengertian ini sebenarnya begitu banyak masalah yang timbul dalam duniapendidikan yang menyangkut manusia sebagai subyek dan sebagai obyek pendidikan itusendiri. Proses perubahan sikap manusia yang dipengaruhi oleh manusia lainnya itusebenarnya memerlukan suatu pengkajian yang cermat dalam pengajar dan pendidikterkait erat dengan kondisi lingkungan sekaligus figure kepala sekolah yang menjadi atasannya.
Kegiatan Pembelajaran Penjas tidak terlepas dari pengawasan terhadap kinerja guru, salah satu metode yang sering digunakan adalah melalui media kontrol yang biasa disebut supervisi.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Orang yang melakukan supervise disebut supervisor. Dibidang pendidikan disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas ditingkatkan kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya
Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
                 Berdasarkan asumsi di atas maka peneliti akan memaparkan data awal yaitu untuk kabupaten Belu Pengawas terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut: Kordinator Pengawas  mata  terdiri dari 1 orang, Kordinator perumus untuk SD sampai SMA biasa disebut PKSD ada 6 orang, dan juga 6 orang tersebut juga langsung memantau KBM pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Sesuai dengan observasi awal biasanya kegiatan supervisi dilakukan kurang lebih 2 kali dalam setahun.  Fakta yang didapati menjadi evaluasi bersama adalah tahap perencanaan kebanyakan kurang tepat dan sering terbuai dengan metode lama kadang tidak mengikuti perkembangan zaman; tahap aksi atau pelaksanaan tindakan dimana terkadang guru monoton dan kaku serta kebanyakan guru penjas tidak fleksibel terhadap situasi dan kondisi; tahap pengamatan dimana Guru penjas kurang memantau keadaan siswa saat KBM atau praktek Pendidikan jasmani dilapangan, tahap evaluasi dan refleksi/umpan balik dimana umpan balik yang dilakukan guru terhadap siswa terkadang sulit dimengerti oleh siswa, umpan balik yang kurang tepat sasaran. Hal-hal yang akan dilakukan oleh  supervisior yaitu: Controlling adalah memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya; Correcting adalah memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan; Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak ;Directing adalah  pengarahan, menentukan ketetapan/garis Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik.
                 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul penelitian: “ PERANAN PENGAWAS DALAM SUPERVISI PENGAJARAN PENJAS PADA  SMA KRISTEN ATAMBUA”.



1.2.  RUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian nantinya, masalah yang akan dibahas berhubungan dengan tugas kepala sekolah dan atau pengawas  dalam supervisi pada kabupaten Belu dalam pelaksanaan supervisi kelas, agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih dalam tentang tema yang diambil maka penulis akan menekankan pada tiga pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut : Sampai dimanakah peran Pengawas/Kepala sekolah sebagai supervisor? Bagaimanakah fungsi Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor? Sejauh manakah profesionalisme Pengawas/Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi?

1.3.     BATASAN MASALAH
Untuk lebih menfokuskan pembahasan pada pokok permasalahan maka penulis member batasan tentang Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor, yang meliputi tiga halberikut :
1.      Efek tingkah laku guru sebagai akibat dari peran Pengawas/ KepalaSekolah sebagai supervisor
2.      Fungsi Pengawas/ Kepala sekolah sebagai supervisor
3.      Profesionalisme Pengawas / Kepala sekolah dalam melaksanakansupervisi.

1.4.  TUJUAN
Adapun yang akan menjadi tujuan dalam penelitian adalah:
1.      Untuk mencari tahu  Model dan Supervisi Pembelajaran yang dilakukan pada 
2.      Untuk mengetahui hal –hal yang akan menjadi terobosan di bidang Supervisi Pembelajaran yang dilakukan oleh pihak supervisior dan langkah apa yang dilakukan sebagai upaya perbaikan pembelajaran mata pelajaran penjas di

1.5. MANFAAT DAN KEGUNAAN
Manfaat dan kegunaan dalam penelitian ini adalah :
1.      Dapat mengetahui pengertian Supervisi (kepengawasan)
2.       Dapat mengetahui fungsi kepala sekolah sebagai supervisor.
3.      Dapat mengetahui Ciri-ciri supervisor yang baik.
4.      Dapat mengetahui pengertian profesionalisme kepela sekolah sebagai supervisor.
5.      Dapat mengetahui tugas-tugas supervisor.

1.6. DEFENISI OPERASIONAL KONSEP

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakn sesuatu yang dapat   digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani (Soepartono,2000)
Bagian dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran, ketrampilan berpikir krutis, stabilitas emosional,ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Nadisah (1992) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilakan pola-pola perilaku yang bersangkutan.
Dalam pengajaran penjas perlu dikaji kemampuan guru penjas, untuk mengukur sekaligus mengawasinya biasanya dilakukan supervisi.

konsep bahasa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahasa menunjukkan identitas diri. Hadirnya bahasa menjadi suatu wujud peradaban komunitas masyarakat penuturnya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana: 1983). 
Bahasa daerah merupakan aset budaya nasional yang keberadaannya perlu di lestarikan sebagaimana juga  ditegaskan  dalam GBHN (1983.21) bahwa “ Di daerah-daerah  yang mempunyai bahasa sendiri, bahasa itu akan dipelihara juga oleh negara”. Oleh karena itu, keberadaannya perlu kita hargai dan lestarikan sebagai aset budaya nasional yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Penelitian fonetik  bahasa daerah terutama bunyi vokal dan konsonan bahasa yang ditinjau dari  analisis linguistik struktural belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, khususnya  penelitian bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur. Peneliti mengambil salah satu bahasa daerah yang ada di kepulauan Nusa tenggara Timur yang sekarang ini keberadaannya hampir punah. Bahasa yang diambil adalah bahasa Sargang yang sekarang hidup dan berkembang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
Kabupaten Alor sangat kaya dengan bahasa daerah. Berdasarkan  hasil penelitian Stokhof (1975) dalam Skripsinya Bonivasius Jella (2010 : 2) yang menggunakan metode leksiko-statistik dan keterangan dari informan/ penduduk, terdapat 13 bahasa daerah. Dari ke 13 bahasa daerah itu terdapat 36 dialek bahasa yang masih ada dan  yang masih hidup sampai sekarang  di Kabupaten Alor. Berdasarkan peta bahasa Stokhof, dari ke-13 bahasa dan ke-36 dialek bahasa tersebut terdapat 5 bahasa dan 10 dialek yang digunakan di pulau Pantar. Bahasa-bahasa dan dialek-dialek yang digunakan tersebut adalah yaitu bahasa  Lamma dialek Kolandana, bahasa Lamma dialek Mauta/Tubal, bahasa Lamma dialek Biangwala, bahasa Teiwa dialek Deing, bahasa Teiwa dialek Madar, bahasa Teiwa dialek Lebang, bahasa Teiwa dialek Sargang, bahasa Nedebang dialek Nedebang, bahasa Blagar dialek Bakalang, bahasa Blagar dialek Limarahing,  bahasa Blagar dialek Retta,  bahasa Blagar dialek Apuri, bahasa Blagar dialek Tereweng, bahasa Alor dialek Baranusa/Kabir. (lihat Stokhof 1975 : hal iv).
Berdasarkan  peta bahasa Stokhof  di atas, peneliti menggambil satu bahasa sebagai titik penelitan, bahasa yang menjadi sumber penelitian adalah bahasa Sargang. Yang secara fonologis segmental bahasa Sargang memiliki lima vokal dasar. Kelima vokal dasar tersebut ialah vokal tinggi depan [i], tinggi belakang [u], vokal madia depan [e], vokal madia belakang [o], dan vokal bawah [a], kelima vokal ini berdistriusi diawal tengah, dan akhir. Bahasa Sargang juga memiliki delapan belas konsonan dasar tersebut ialah /b/, /p/, /d/, /t/, /j/, /f/, /g/, /k/, /m/, /n/, /s/, /h/, /w/, /w/, /r/, /q/, dan /x/.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini untuk diungkapkan sebagai berikut.
1)      Bunyi-bunyi vokal apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Sargang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor ?
2)      Bagaimana proses pembentukan  bunyi vokal ?
3)      Bunyi-bunyi konsonan apa sajakah yang terdapat dalam bahasa  Sargang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor ?
4)      Bagaimana proses pembentukan bunyi konsonan ?





1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis, yaitu sebagai berikut.
1)      Untuk mendeskripsikan bunyi  vokal yang terdapat dalam bahasa Sargang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
2)      Untuk mendeskripsikan proses fonetis vokal yang terdapat dalam bahasa saragang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
3)      Untuk mendeskripsikan bunyi konsonan yang terdapat dalam  bahasa Sargang di Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
4)      Untuk mendeskripsikan proses fonetis konsonan yang terdapat dalam bahasa Sargang di Kcamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1.4.1        Manfaat Teoretis
1)      Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian yang lebih lanjut.
2)      Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang bahasa Sargang  kepada masyarakat penutur yang tinggal di Pantar.
1.4.2        Manfaat Praktis
1)      Bagi siswa diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang bahasa Sargang yang ada di Pantar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat di temukan strategi dan langkah-langkah yang tepat dalam bimbingan belajar, sehingga akan bermanfaat dan memudahkan bagi siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang ada serta menambah wawasan tentang bahasa  Sargang yang ada di Pantar.
2)      Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, guna meningkat kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Senin, 26 September 2016

pentingnya belajar matematika




Pada Senin, 1 Juni 2015 11:40, Imamastri pulingtang <imamastripulingtang@yahoo.com> menulis:

OPINI
PENTINGNYA BELAJAR MATEMATIKA, MATEMATIKA BUKAN ILMU  YANG HARUS DITAKUTI
PENULIS : MELKI I.  PULING TANG, S.Si
( Putra Alor - Pantar Timur,  Desa Bunga Bali - Abangiwang)
ALUMNI UNDANA – FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
MENGAJAR  MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMTK  TARUS, SMPTK TARUS, KAB. KUPANG
(Pernah mengajar di SMAN 6 Kota Kupang-Sikumana , SMAN 2 Fatuleo Kab. Kupang & Univ.Dharma Manunggal Kab.Kupang)


Jadikan gambar sebaris








Biodata Penulis
Nama      : Melki I. Puling Tang, S. Si
TTL        :Abangiwang(Desa Bunga Bali),17Juli 1984
Tamatan  : “SD.GMIT Abangiwang, SLTP N 3 PantarTimur-Tamalabang, SMA Ampera Tamalabang (Sekarang SMA Negeri  Tamalabang) , PTN Undana Kupang Fakultas Sains Teknik Jurusan Matematika
Pendidikan merupakan wadah yang siap membentuk manusia menjadi berkat bagi lingkungan dimana manusia itu diproses bahkan menjalar kapan dan dimanapun manusia itu berada serta beraktivitas menuju kearah yang lebih potensial,demi terciptanya pelaku kemajuan positif  bagi bangsa dan negara dimana manusia itu berada. Perjuangan membentuk karakter adalah upaya yang harus terus -  menerus dilakukan sepanjang peradaban sampai benar - benar terwujud. Pendidikan juga tidak terlepas dari kehidupan berkarakter bangsa.  Kehidupan berkarakter merupakan kehidupan spiritual yang harus dihayati, dimaknai, dan diamalkan sebagai realisasi nilai yang   ditampakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara khusus mata pelajaran matematika merupakan suatu bidang ilmu yang dipelajari mulai dari tingkat Pendidikan dasar sampai pada Perguruan Tinggi dan juga orang –orang yang berminat secara sukarela untuk mempelajari ilmu matematika. Sering terjadi asumsi yang menyatakan bahwa pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti sebagian besar pelajar. Tentu ada hal-hal yang menjadi latar belakang , ‘mengapa pelajaran matematika hampir sebagian besar dari kaum pelajar tidak menyukainya’. Ada macam-macam alasan yang dikemukan yaitu: ada yang mengemukakan bahwa Guru matematika yang sulit senyum pada saat memaparkan materi, ada yang mengatakan guru sangat kejam membuat mereka serba takut bertanya walaupun belum memahami materi yang dipaparkannya, ada pelajar yang mengatakan guru tidak memberikan contoh - contoh yang mudah dimengerti, ada yang mengatakan karena pelajar malas belajar, dan lain-lain serta masih banyak alasan yang dikomentarkan dan tetap mendefinisikan matematika itu sulit bahkan sadisnya  ada yang mengatakan matematika itu mengerikan.  Apakah alasan ini diterima begitu saja?,  tentu tidak, tergantung dari asumsi masing-masing orang.  Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti ‘belajar atau hal yang dipelajari’, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu: materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.  Matematika muncul pada saat dihadapinya masalah-masalah yang melibatkan kuantitas, struktur, ruang, atau perubahan dan dijumpai di dalam perdagangan, pengukuran tanah, astronomi, serta masalah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya maupun masalah-masalah dalam matematika itu sendiri. Dalam pembelajaran, pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengamatan pola atau fenomena, pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Dengan demikian, cara belajar secara deduktif dan induktif digunakan dimana sama-sama berperan penting dalam matematika. Dari cara kerja matematika tersebut diharapkan akan terbentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif  pada peserta didik.Matematika adalah bahasa untuk ilmu pengetahuan  sains dan teknik yang digunakan untuk berkomunikasi mengenai gejala alam, atau proses alam. Sebagai suatu bahasa, matematika sering dianggap berdiri sendiri. Kemudian orang sering terjebak untuk menggunakan aturan penulisan atau komunikasi dalam bahasa matematika sendiri tanpa menggunakan bahasa yang lebih luas. Tulisan matematika (karangan matematika atau jawaban soal) bagi orang bekerja seperti itu sulit dimengerti karena tidak ada satupun keterangan dalam bahasa sehari-hari. Orang yang membacanya harus berfikir bahkan menebak mengenai langkah yang digunakan dari satu baris ke baris yang lain. Dalam keadaan seperti itu, matematika menjadi tidak menarik dan ditambah dengan dengan materi menggunakan rumus - rumus, hitungan-hitungan , dalil - dalil , analisa, dan upaya-upaya bagaimana menerjemahkan atau terapan matematika dalam kehidupan sehari-hari .
Apapun yang menjadi alasan tentunya matematika harus dipahami secara benar karena kebanyakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan dan tidak terlepas dari bagian matematika, hal ini membuat asumsi dari beberapa orang bahwa ,’matematika dikenal sebagai ilmu dasar’. Beberapa orang menganggap bahwa disiplin utama matematika bermula dari kebutuhan dasar perhitungan dalam perdagangan, memahami hubungan antar bilangan, mengukur tanah, dan meramal peristiwa astronomi. Keempat kebutuhan dasar tersebut, berkembang dalam pengkajian besaran, struktur ruang dan perubahan. Matematika juga berkembang ke ranah logika, teori himpunan dan matematika empirik. Ilmu matematika bukan ilmu yang hadir untuk menyulitkan tetapi justru orang-orang yang mempelajari matematika sulit mengatur waktu secara efisien untuk mengkhususkan matematika sebagai bagian dari ilmu yang menarik untuk dipelajari, Apapun yang menjadi alasan tentunya kebutuhan matematika sangat penting  bagi manusia untuk kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu perlu mencari solusi kongkrit untuk mencari langkah-langkah agar dalam mempelajari matematika menjadi sangat mengasyikan. Solusi yang diberikan, yang mungkin terjadi adalah; Tulisan matematika atau jawaban soal harus merupakan kalimat yang utuh, kombinasi dari bahasa sehari-hari dan bahasa matematika itu sendiri sehingga orang yang membaca dapat mengerti tanpa harus berpikir terlalu lama;  setiap langkah yang dilakukan diberikan keterangan secukupnya dalam bahasa sehari-hari walaupun membutuhkan energi yang besar atau membuat tulisan menjadi panjang; pendidik harus rileks, tidak kakuh dalam memberikan penjelasan, pendidik banyak humoris saat situasi tegang (stres) agar selalu memberikan nuangsa baru supaya belajar matematika selalu mengasyikan; Dalam mempelajari matematika harus mengarahkan siswa untuk memahami konsep secara benar, karena matematika tidak semata-mata statis, melainkan dinamis; pendidik selalu memberikan inspirasi khusus untuk memancing minat belajar dengan taktik dan strategi yang dipandang perlu untuk diterapkan; dalam mempelari matematika perlu membicarakan  mengenai hal-hal disekitar kita yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran;  pendidik harus terus menerus memberikan motivasi dengan memperkenalkan bahwa matematika adalah ilmu yang hidup, berkembang dan masih akan berkembang terus, dan sangat menjadi popular jika memahami ilmu matematika secara benar; pendidik mestinya selalu mengingatkan kepada pelajar agar selalu tekun belajar dan menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menarik untuk dipelajari. Prinsip-prinsip tersebut diatas pada dasarnya membawa ilmu matematika sebagai ilmu yang terus mengasyikan, suatu proses yang aktif,  dinamis dan generatif. Menurut Albert Einstein, “ Ketika saya tidak mempunyai persoalan khusus yang harus dipecahkan oleh pikiran saya, saya sering mengumpulkan dan menyusun kembali kepada bukti-bukti matematika dan fisika yang telah lama saya kenal. Tidak ada maksud dan tujuan lain, itu semata hanyalah kesempatan bagi saya untuk terus memenuhi kesenangan dan kebutuhan berpikir”
Belajar ilmu matematika tidak sekedar menghafal rumus tetapi terlepas dari itu, pelajar harus mampu memahami konsep penalarannya, mampu menerjemahkan bahasa   matematika kedalam bahasa sehari-hari supaya lebih mudah memahami setiap materi yang dipelajari, terus berlatih dan tekun secara terus menerus membiasakan diri dengan mengerjakan  soal-soal mulai dari tingkat  soal dengan tingkat kesulitan rendah sampai pada tingkat kesulitan yang lebih tinggi , memberanikan diri untuk mencari jawaban atau informasi benar yang ada kaitannya dengan ilmu matematika,  selalu mendisiplinkan diri dan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk gemar belajar matematika. Tentunya masih banyak hal atau sumber yang dapat membantu kita untuk menemukan bagaimana caranya untuk menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menarik dan mengasyikan, menyenangkan dan menghibur. Hal menarik lainnya dari sebuah kesuksesan mempelajari matematika tidak terlepas dari: Pertanyaan aplikasi “ menebak” dengan benar jawabannya, didasarkan pada instituisi dan pengalaman; strategi pemecahan masalah adalah prosedur baku yang disarankan untuk menyelesaikan soal, setelah berlatih beberapa soal, dimungkinkan memiliki prosedur sendiri yang lebih singkat, jalan pintas dari prosedur buku yang menulis ilmu matematika, mempelajari contoh-contoh yang ada untuk mempertajam pemahaman. Tips ini membantu sebagai peta penyelesaian bagi kondisi lainnya untuk soal – soal matematika, untuk menguji pemahaman, selalu berani menyelesaikan latihan dan pertanyaan yang ada hubungannya dengan latihan dan pertanyaan yang bervariasi tingkat kesulitan agar otak tidak selalu tegang (stress); Uji kompetisi berbentuk soal esay atau pilihan ganda pada tiap materi yang dipelajari secara terus-menerus agar pelajar lebih memahami konsep-konsep matematika yang telah dipelajari; dan juga mengevaluasi tentang materi yang dipelajari demi sebuah penyempurnaan supaya memaksimalkan kematangan dalam mempelajari ilmu matematika secara kreatif , inovatif dan berdaya saing tinggi. Akhir dari tulisan ini, tentunya tulisan ini adalah setitik dari pengalaman nyata penulis, tidak terlepas untuk membuka diri dari segudang pemahaman dan sumber lainnya dari buku - buku matematika, ungkapan-ungkapan atau pemikiran tersohor dari para ahli matematika serta sumber ilmu dari bidang ilmu lainnya yang dapat kita terima sebagai referensi pembaca dan penulis guna membantu dalam kesuksesan mempelajari ilmu matematika. Menurut penulis, adalah benar bahwa belajar matematika akan menyenangkan jika kita mengumpamakan matematika sebagai sebuah syair yang selalu datang  menghibur dikala kesedihan dan keletihan itu menerpa kehidupan, tentu diharapkan sebelum mempelajari ilmu matematika, terlebih dahulu kita meminta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan, karena takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat dan kebijaksanaan.                     ***MEKA***

”.