Minggu, 16 Oktober 2016

Makna Syalom


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Pendidikan Agama Kristen merupakan integral  dari pendidikan    (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan moral  manusia dan mengasilkan pola-pola perilaku induvidu yang bersangkutan. [1]
Dari zaman ke zaman, setiap orang dalam kehidupannya selalu ingin memiliki kepribadian yang baik, sopan, bertatakrama, dihargai dan ingin bahagia dan ingin meraih kesuksesan hidup.  Dalam merealisasikan keinginannya tersebut banyakl usaha yang ditempu  orang.
Ada yang berusaha melalui pergaulan hidup sehari-hari, ada yang melalui pendidikan formal dan non formal. Tetapi jarang sekali yang dapat  memberi  hasil seperti yang didambakan setiap orang. Kegagalan ini sering terjadi  karena kenyataan yang ada adalah tempat-tempat yang diharapkan dapat memenuhi keinginan setiap orang tersebut lebih  sering mengutamakan kuantitas pengajaran daripada kualitas. Sebagian besar pendidik hanya sekadar memberi teori tanpa ada usaha untuk mengarahkan dan mengkondisikan pelajarnya untuk membentuk perilaku kehidupannya sesuai dengan yang diajarkan kepadanya. Pendidik berasumsi bahwa dengan menguasai teori, maka dengan sendirinya mampu menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Asumsi guru yang demikian, tidak semua menjadi kenyataan. Sebab banyak orang, terutama anak-anak, sulit memiliki dan menentukan bentuk perbuatan  konkrit dalam merealisasikan pengajaran pendidiknya yang berupa teoritis.
Dalam lembaga pendidikan, sebenarnya ada beberapa mata pelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat membangun dan membentuk  perilakunya menjadi perilaku yang sopan, bertatakrama, memiliki nilai-nilai hidup yang berkualitas tinggi, dihargai dan diterima orang lain di sekitarnya. Mata pelajaran tersebut seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial. Bahkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang baru diberlakukan sekarang, ada satu mata pelajaran khusus untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu mata pelajaran Budi Pekerti. Mata pelajaran ini lebih  mengarah pada ajaran moral dan perilaku dalam hidup bermasyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam lembaga pendidikan formal mata pelajaran pelajaran Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu bidang yang dapat diandalkan untuk membentuk dan membangun pertumbuhan iman bertaqwa kepada Tuhan. Hal ini dapat diketahui dari tujuan Pendidikan Agama Kristen seperti yang dikemukakan oleh Calvin dengan mengatakan : “Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah mendidik semua putra-putri Ibu (gereja) agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi                           kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus”
Dalam Pendidikan Agama Kristen pada umumnya pengajarannya mengarah kepada tindakan atau perilaku yang mengarah pada akhlat yang berbudi pekerti luhur dalam hal upaya mempertahankan keselamatan.
Sesuai dengan pendapat Winston L. King pandangannya adalah menyatakan bahwa:” ternyata soal keselamatan berkaitan erat                                                                   dengan ritus dan kebaktian,2 singkatnya dengan agama sehingga ada orang yang berpendapat bahwa keselamatan hanyalah kata lain untuk agama. 3                      Satu kata yang mungkin paling sering digunakan pada waktu berkomunikasi dengan saudara seiman adalah Syalom. Akan sangat menyedihkan kalau kita menggunakan kata Syalom tanpa diikuti dengan pemahaman yang benar akan makna kata Syalom itu sendiri.
Untuk memahami kata Syalom ada beberapa poin yang penting untu dimengerti”. Adapun poin-pon tersebut adalah sebagai beriku: Suatu kata yang mungkin paling sering kita dengar pada waktu kita berkomunikasi dengan saudara seiman kita, adalah kata SYALOM.
Pada waktu kita menyapa saudara seiman, atau ketika kita memulai percakapan di telepon, kita menyebut, SYALOM! Kalau dulu, waktu kita mengangkat telepon, kita menyebut HALO, sekarang banyak orang Kristen sudah menggantinya menjadi SYALOM. Anak laki-laki saya umur tiga tahun, namanya Alluf, dia belum mengerti kata ini. Waktu dia terima telepon, ada suara di ujung sana berkata, SYALOM. Dia langsung menjawab, BUKAN, INI ALLUF!
Saudaraku, akan sangat menyedihkan kalau kita mengganti kata HALO tadi dengan SYALOM tanpa diikuti oleh pemahaman yang benar akan kata SYALOM itu sendiri. SYALOM tidak sama dengan HALO. Kata HALO semata-mata kata sapaan, asalnya dari bahasa perancis kuno, HOLLA, artinya BERHENTI! Sedangkan kata SYALOM bukanlah kata sapaan seperti HALO. SYALOM sesungguhnya adalah kata yang memiliki makna yang luar biasa dalamnya. Pada waktu mendengar kata ini, munkin sebagian dari kita orang Indonesia langsung mengartikannya dengan "damai sejahtera", dan mulai membayangkan suatu keadaan yang damai, aman dan makmur sejahtera, yang tidak kunjung datang ke negeri ini.
Di dalam Alkitab, kata SYALOM memang seringkali diterjemahkan dengan "damai sejahtera". Namun kata ini memiliki makna yang sangat luas. Tidak sekedar 'damai' (peace) atau hubungan yang harmonis antara kita dengan orang lain, tetapi juga 'keutuhan', 'kesejahteraan', 'kesehatan', 'kesembuhan', bahkan 'pembebasan', 'keselamatan'. Karena itu kata SYALOM ini dalam bahasa Yunani diterjemahkan dengan beberapa istilah, yaitu eirene (kedamaian, kesejahteraan, kesehatan), hugianinein (keadaan baik, sehat) dan soteria (pembebasan, keselamatan, kesembuhan). Anda sudah menangkapnya sekarang? SYALOM yang dimaksud Alkitab ternyata mencakup semuanya itu. Jadi sebenarnya penerjemahan SYALOM ke dalam bahasa Indonesia menjadi dua kata 'damai sejahtera', itupun masih tidak cukup mewakili arti yang sesungguhnya dari SYALOM itu. Untuk memahami kata SYALOM ini secara utuh, saya mengajak anda untuk merenungkan beberapa poin yang penting untuk kita mengerti.
            Menurut Pendapat Healing menyatakan bahwa:
Yang pertama adalah bahwa SYALOM atau damai sejahtera adalah inisiatif Allah dan keluar dari ALLAH, bukanlah inisiatif manusia. Manusia di dalam dirinya dan dari dirinya sendiri tidak dapat memberikan SYALOM sebagaimana yang dimaksudkan Alkitab. SYALOM adalah suatu kondisi surgawi, yang hanya dapat diturunkan oleh Dia yang berasal dari surga. Tuhan Yesus di dalam hidup-Nya di bumi selalu memberi salam kepada orang-orang dengan cara demikian, "SYALOM bagi kamu," dengan penuh kesadaran bahwa damai sejahtera itu berasal dari diri-Nya sendiri. Paulus kerapkali menyebutkan 'Allah (sumber) SYALOM' di dalam surat-suratnya. Juga kata-kata berkat seringkali ia ucapkan seperti ini:    "Kasih karunia dan SYALOM dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu" (Filemon 1:3). Kesaksian Yohanes di dalam Wahyu dibuka dengan doa: "Kasih karunia dan SYALOM menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang ... " (Wahyu 1:4). Juga di dalam suratnya Yohanes juga mengatakan: "Kasih karunia, rahmat dan SYALOM dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih" (2 Yoh 1:3).
Yang kedua adalah bahwa SYALOM selalu berfokus pada Kristus. Dalam membicarakan SYALOM, Alkitab selalu mengarahkannya pada satu titik pusat, yaitu Kristus. Sesungguhnya Kristus adalah pusat manifestasi SYALOM di atas bumi. Di dalam Kristus kita melihat wujud SYALOM secar sempurna, tidak parsial. Suatu kali Yesus mengingatkan murid-murid-Nya: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang" (Matius 10:34). Itu karena damai yang dimaksudkan Yesus adalah damai atau damai sejahtera yang berfokus pada diri-Nya, hubungan dengan-Nya, bukan sekedar keadaan adem, rukun, tenteram dan aman, atau suatu kesatuan dan persatuan, atau suatu masyaratkat yang tercukupi sandang, pangan dan papan. LSM-LSM meneriakkan hal-hal tersebut, juga Greenpeace, bahkan PBB. Namun Yesus bukan LSM. Damai sejahtera yang ditawarkan-Nya bukan seperti damai sejahtera yang ditawarkan dunia, melainkan damai sejahtera yang berpusat pada diri-Nya sendiri. Dialah RAJA SYALOM seperti yang dinubuatkan Yesaya: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, RAJA SYALOM" (Yesaya 9:5). Kristuslah sesungguhnya SYALOM kita, karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan kita dengan Allah, sehingga kita yang dahulu jauh kini menjadi dekat karena darah-Nya (Efesus 2:13-14).
Poin ketiga, SYALOM berbicara tentang kondisi hati, bukan materi. Ukuran SYALOM tidak mengikuti ukuran dari dunia ini, hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti apa yang diberikan oleh dunia kepadamu ..." (Yohanes 14:27). Karena itu, SYALOM yang kita miliki sama sekali tidak tergantung pada keadaan fisik kita, harta benda kita, lingkungan kita, atau dunia tempat kita berpijak. SYALOM atau damai sejahtera yang dari Tuhan, tetap dapat kita tunjukkan bahkan dalam kondisi yang paling buruk sekalipun. Firman Tuhan di Yohanes 16:33 berkata: "Semuanya itu Kuberikan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Sebagai umat Tuhan, damai sejahtera Allah menjadi kekuatan kita dalam menjalankan mandat dari Allah di bumi: "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus" (Filipi 4:7). Bukanlah kondisi dunia yang menguasai kita, atau memerintah atas kita, melainkan SYALOM-Nya, damai sejahtera-Nya: "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu" (Kolose 3:15). Sesungguhnya damai sejahtera Allah itu sedang dan akan terus memerintah atas kita umat-Nya, dalam segala hal: "Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian" (2 Tesalonika 3:16).
Keempat, SYALOM selalu dikaitkan dengan bakti kita kepada Allah. Damai sejahtera diberikan-Nya kepada kita semata-mata untuk mendekatkan kita kepada-Nya, karena damai sejahtera itu dipakai-Nya sebagai alat pengudusan kita. "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Tesalonika 5:23). Karena itu, damai sejahtera itu khusus diberikan bagi mereka yang berada di dalam Kristus. "Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin" (1 Petrus 5:14). Lalu bagaimana dengan orang-orang di luar Kristus? Yesaya menegaskan: "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik! firman TUHAN" (Yesaya 48:22). Alasannya jelas, yaitu karena damai sejahtera Allah selalu diarahkan kepada kehidupan yang penuh dedikasi kepada Kristus, sebagaimana yang diinginkan oleh Roh Kudus: "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera" (Roma 8:6). Kita sering mendengar ayat yang terkenal ini: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh dengan harapan" (Yeremia 29:11). Kepada siapa firman ini berbicara? Ya, hanya bagi umat-Nya, anda dan saya.
Terakhir, damai sejahtera yang sejati hanya dapat tercapai melalui Injil. Karena Injil berbicara tentang kehidupan Yesus Kristus yang adalah manifestasi SYALOM yang sejati, maka sia-sialah manusia yang mencari damai sejahtera di luar Injil. Damai sejahtera yang sejati hanya dapat ditemukan di dalam Injil Kerajaan, karena itulah Injil Kerajaan disebut juga INJIL SYALOM: "Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan INJIL SYALOM" (Efesus 6:15). Injil Kerajaan tidak berisi perkara-perkara fana menyangkut materi dan ketentraman duniawi, makanan dan minuman, melainkan soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Roma 14:17).
Tugas kita adalah menyatakan buah Roh yang ditanam-Nya dalam diri kita, salah satunya adalah damai sejahtera (Galatia 5:22). Tuhan Yesus menyatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (MAtius 5:9). Bagi kitalah kalimat itu ditujukan, yaitu orang-orang yang memanifestasikan damai sejahtera Allah di dalam segala aspek kehidupan.
Sekarang, bila Anda mengucapkan kata SYALOM kepada siapa saja, jangan biarkan itu menjadi sekedar kata sapaan yang keluar begitu saja, melainkan ingatlah selalu akan maknanya yang begitu dalam, yang akan mengarahkan Anda dan saya kepada satu Pribadi, yaitu Kristus. Renungkanlah SYALOM yang diberikan-Nya kepada kita: memperdamaikan kita dengan Bapa-Nya, tiap tetesan darah-Nya adalah bukti nyata, betapa Ia rindu memberikan kepada kita apa yang tidak dapat diberikan dunia ini, supaya kita yang dibela oleh-Nya, dapat menikmati hidup di dunia ini sebagai orang-orang yang mengenal Dia, meresponi kematian-Nya dengan sebuah pengakuan, mengasihi Dia, dan memiliki hubungan yang intim dengan-Nya.
Tiga setengah tahun di bumi, Tuhan Yesus terus-memerus memberitakan Injil SYALOM, mengajar tentang SYALOM, mengusir setan yang telah mencuri SYALOM Allah atas manusia, dan menyembuhkan orang-orang dari sakit-penyakit sebagai salah satu wujud SYALOM itu. Kini sudah dua ribu tahun lebih, kerinduan Yesus tetap sama, yaitu supaya SYALOM, damai sejahtera yang sejati itu, dapat dinikmati oleh manusia yang dikasihi-Nya.
Tugas kita adalah menyatakan makna Syalom kepada dunia di dalam kekuatan Roh Kudus. Disisi lain Tugas kita menyatakan buah Roh Kudus yang ditanam-Nya di dalam diri kita, salah satunya adalah Damai Sejahtera.
Ketika kita mengucapkan Syalom Allah kepada siapa saja arah dan cara pikir kita mestinya kepada satu pribadi yaitu Yesus Kristus. Kita mengajak kepada sesama kita untuk merenungkan karya-Nya yang telah memperdamaikan kita dengan Bapa-Nya dimana tiap tetesan darah-Nya adalah bukti pengorbanan yang nyata, yang sangat mahal harganya, betapa Ia rela memberikan kepada kita apa yang tidak dapat  diberikan dunia ini. Hanya didalam diri Yesus Kristus yang adalah Raja Syalom, Raja Penyelamatan oleh-Nya kita telah menjadi berharga dimata-Nya, daripada-Nya dan hanya kepada-Nya sajalah kita patut memberikan hormat dan sembah.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “MAKNA SYALOM” (SMP SATAP BUKALABANG)”
B.     INDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Menjelaskan hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan
2.      Menjelaskan makna Syalom sesuai dengan misi Yesus Kristus
3.      Menjelaskan makna pelakasanaan  pendidikan Agama Kristen Sekolah terhadap pertumbuhan iman anak Pada SMP SATAP BUKALABANG
C.      BATASAN MASALAH
Agar penulisan ini tidak keluar dari permasalahan maka di batasi masalahnya pada: menjelaskan makna Syalom terhadap pertumbuhan iman anak SMP SATAP BUKALABANG dan aplikasinya dalam setiap pergaulan.
D.    RUMUSAN MASALAH
1.      Sejauh mana hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan di Sekolah mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini.
2.      Sejauh mana tanggung jawab sekolah dalam menjelaskan makna Syalom sesuai dengan misi Yesus Kristus kepada anak secara bertanggung jawab dan berkualitas
3.      Sejauh mana peranan guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah terhadap pertumbuhan iman anak SMP SATAP BUKALABANG



E.     TUJUAN DAN KEGUNAAN
1. TUJUAN
1.      Sejauh mana hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan di Sekolah mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini.
2.      Sejauh mana tanggung jawab sekolah dalam menjelaskan makna Syalom sesuai dengan misi Yesus Kristus kepada anak secara bertanggung jawab dan berkualitas.
3.      Sejauh mana peranan guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah terhadap pertumbuhan iman anak SMP SATAP BUKALABANG
2.      KEGUNAAN
1.      Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan  penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama
2.      Dapat Dijadikan suatu gambaran bagi SMP SATAP BUKALABANG Tahun ajaran 2016/2017 yang bersangkutan untuk lebih mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini Sebagai keputusan dan dokumentasi bagi peneliti lanjutan dalam rangka pengembangan mental bagi siswa SMP SATAP BUKALABANG













DAFTAR PUSTAKA

Maniyeni, 2009.wawasan pembelajaran, Kupang: Penerbit Wineka Media
Marxsen 1963. Antropologi Budaya, Penerbit BPK Gunung Mulia Jakarta
E, Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PY Remaja Rosdakarya,Cet.VII
Gultom. 2006.  Strategi Model dan Evaluasi. Penerbit Departemen Agama RI.Jakarta
Hidayat Z. M. 1976. Masyarakat dan kebudayaan suku-suku Bangsa di NTT. Tarsito, Bandung
Hanig. A. G. 1985..  Ilmu Agama. BPK Gunung Mulia Jakarta
Kande Abia Freik, an Sukoco Heru, 2009. Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta. Igna Pustaka.
http://healingmovement.site88.net/documents/healing_movement_-_arti_Syalom.html


[1] Integral atau bagian
2 Tom Jacobs,Syalom Salam Selamat, Penerbit Kanisius(Anggota IKAPI), Yogyakarta,tahun 2007,halaman 17
3 Winston L. King, dalam The Encyclopedia of Religion,vol 12, Macmilan,Yew York-London, 1987 halaman 287;Salvation is but another name for religion. That is, oll religions are basically conceived as means of saving men  at one level or another

Tidak ada komentar:

Posting Komentar