BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
Agama Kristen
merupakan integral dari
pendidikan (secara umum) yang
berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan moral manusia dan mengasilkan pola-pola perilaku
induvidu yang bersangkutan. [1]
Dari
zaman ke zaman, setiap orang dalam kehidupannya selalu ingin memiliki
kepribadian yang baik, sopan, bertatakrama, dihargai dan ingin bahagia dan
ingin meraih kesuksesan hidup. Dalam merealisasikan keinginannya tersebut
banyakl usaha yang ditempu orang.
Ada yang berusaha
melalui pergaulan hidup sehari-hari, ada yang melalui pendidikan formal dan non
formal. Tetapi jarang sekali yang dapat
memberi hasil seperti yang didambakan setiap orang. Kegagalan ini
sering terjadi karena kenyataan yang ada adalah tempat-tempat yang
diharapkan dapat memenuhi keinginan setiap orang tersebut lebih sering
mengutamakan kuantitas pengajaran daripada kualitas. Sebagian besar pendidik
hanya sekadar memberi teori tanpa ada usaha untuk mengarahkan dan
mengkondisikan pelajarnya untuk membentuk perilaku kehidupannya sesuai dengan
yang diajarkan kepadanya. Pendidik berasumsi bahwa dengan menguasai teori, maka
dengan sendirinya mampu menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Asumsi guru yang
demikian, tidak semua menjadi kenyataan. Sebab banyak orang, terutama
anak-anak, sulit memiliki dan menentukan bentuk perbuatan konkrit dalam
merealisasikan pengajaran pendidiknya yang berupa teoritis.
Dalam lembaga
pendidikan, sebenarnya ada beberapa mata pelajaran yang memungkinkan setiap
orang dapat membangun dan membentuk perilakunya menjadi perilaku yang
sopan, bertatakrama, memiliki nilai-nilai hidup yang berkualitas tinggi,
dihargai dan diterima orang lain di sekitarnya. Mata pelajaran tersebut seperti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan
Sosial. Bahkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang baru diberlakukan
sekarang, ada satu mata pelajaran khusus untuk membentuk kepribadian siswa,
yaitu mata pelajaran Budi Pekerti. Mata pelajaran ini lebih mengarah pada
ajaran moral dan perilaku dalam hidup bermasyarakat di dalam kehidupan
sehari-hari.
Di dalam lembaga
pendidikan formal mata pelajaran pelajaran Pendidikan Agama Kristen merupakan
suatu bidang yang dapat diandalkan untuk membentuk dan membangun pertumbuhan
iman bertaqwa kepada Tuhan. Hal ini dapat diketahui dari tujuan Pendidikan
Agama Kristen seperti yang dikemukakan oleh Calvin dengan mengatakan : “Tujuan
Pendidikan Agama Kristen adalah mendidik semua putra-putri Ibu (gereja) agar
mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing
oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari
keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara mengejewantahkan pengabdian
diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari
serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya
sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus”
Dalam Pendidikan Agama
Kristen pada umumnya pengajarannya mengarah kepada tindakan atau perilaku yang
mengarah pada akhlat yang berbudi pekerti luhur dalam hal upaya mempertahankan
keselamatan.
Sesuai dengan pendapat
Winston L. King pandangannya adalah menyatakan bahwa:” ternyata soal
keselamatan berkaitan erat
dengan ritus dan
kebaktian,2 singkatnya dengan agama sehingga ada
orang yang berpendapat bahwa keselamatan hanyalah kata lain untuk agama. 3 Satu kata yang mungkin paling sering digunakan pada
waktu berkomunikasi dengan saudara seiman adalah Syalom. Akan sangat
menyedihkan kalau kita menggunakan kata Syalom tanpa diikuti dengan pemahaman
yang benar akan makna kata Syalom itu sendiri.
Untuk memahami kata Syalom ada beberapa poin yang penting untu
dimengerti”. Adapun poin-pon tersebut adalah sebagai beriku: Suatu kata yang
mungkin paling sering kita dengar pada waktu kita berkomunikasi dengan saudara
seiman kita, adalah kata SYALOM.
Pada waktu kita menyapa saudara seiman, atau ketika kita
memulai percakapan di telepon, kita menyebut, SYALOM! Kalau dulu, waktu kita
mengangkat telepon, kita menyebut HALO, sekarang banyak orang Kristen sudah
menggantinya menjadi SYALOM. Anak laki-laki saya umur tiga tahun, namanya
Alluf, dia belum mengerti kata ini. Waktu dia terima telepon, ada suara di
ujung sana
berkata, SYALOM. Dia langsung menjawab, BUKAN, INI ALLUF!
Saudaraku, akan sangat menyedihkan kalau kita mengganti kata
HALO tadi dengan SYALOM tanpa diikuti oleh pemahaman yang benar akan kata
SYALOM itu sendiri. SYALOM tidak sama dengan HALO. Kata HALO semata-mata kata
sapaan, asalnya dari bahasa perancis kuno, HOLLA, artinya BERHENTI! Sedangkan
kata SYALOM bukanlah kata sapaan seperti HALO. SYALOM sesungguhnya adalah kata
yang memiliki makna yang luar biasa dalamnya. Pada waktu mendengar kata ini,
munkin sebagian dari kita orang Indonesia langsung mengartikannya dengan
"damai sejahtera", dan mulai membayangkan suatu keadaan yang damai,
aman dan makmur sejahtera, yang tidak kunjung datang ke negeri ini.
Di dalam Alkitab, kata SYALOM memang seringkali diterjemahkan
dengan "damai sejahtera". Namun kata ini memiliki makna yang sangat
luas. Tidak sekedar 'damai' (peace) atau hubungan yang harmonis antara kita
dengan orang lain, tetapi juga 'keutuhan', 'kesejahteraan', 'kesehatan',
'kesembuhan', bahkan 'pembebasan', 'keselamatan'. Karena itu kata SYALOM ini
dalam bahasa Yunani diterjemahkan dengan beberapa istilah, yaitu eirene (kedamaian, kesejahteraan, kesehatan), hugianinein (keadaan baik, sehat) dan soteria
(pembebasan, keselamatan, kesembuhan). Anda sudah menangkapnya sekarang? SYALOM
yang dimaksud Alkitab ternyata mencakup semuanya itu. Jadi sebenarnya
penerjemahan SYALOM ke dalam bahasa Indonesia menjadi dua kata 'damai
sejahtera', itupun masih tidak cukup mewakili arti yang sesungguhnya dari
SYALOM itu. Untuk memahami kata SYALOM ini secara utuh, saya mengajak anda
untuk merenungkan beberapa poin yang penting untuk kita mengerti.
Menurut
Pendapat Healing menyatakan bahwa:
Yang pertama adalah bahwa SYALOM
atau damai sejahtera adalah inisiatif Allah dan keluar dari ALLAH, bukanlah
inisiatif manusia. Manusia di dalam dirinya dan dari dirinya sendiri tidak
dapat memberikan SYALOM sebagaimana yang dimaksudkan Alkitab. SYALOM adalah
suatu kondisi surgawi, yang hanya dapat diturunkan oleh Dia yang berasal dari surga.
Tuhan Yesus di dalam hidup-Nya di bumi selalu memberi salam kepada orang-orang
dengan cara demikian, "SYALOM bagi kamu,"
dengan penuh kesadaran bahwa damai sejahtera itu berasal dari diri-Nya sendiri.
Paulus kerapkali menyebutkan 'Allah (sumber) SYALOM' di dalam surat-suratnya.
Juga kata-kata berkat seringkali ia ucapkan seperti ini:
"Kasih karunia dan SYALOM dari Allah, Bapa kita dan dari
Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu" (Filemon 1:3). Kesaksian
Yohanes di dalam Wahyu dibuka dengan doa: "Kasih karunia
dan SYALOM menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang ... " (Wahyu 1:4). Juga di dalam suratnya Yohanes juga
mengatakan: "Kasih karunia, rahmat dan SYALOM dari Allah
Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran
dan kasih" (2 Yoh 1:3).
Yang kedua adalah bahwa SYALOM
selalu berfokus pada Kristus. Dalam membicarakan SYALOM, Alkitab selalu
mengarahkannya pada satu titik pusat, yaitu Kristus. Sesungguhnya Kristus
adalah pusat manifestasi SYALOM di atas bumi. Di dalam Kristus kita melihat
wujud SYALOM secar sempurna, tidak parsial. Suatu kali Yesus mengingatkan
murid-murid-Nya: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang" (Matius 10:34). Itu karena damai yang dimaksudkan
Yesus adalah damai atau damai sejahtera yang berfokus pada diri-Nya, hubungan
dengan-Nya, bukan sekedar keadaan adem, rukun, tenteram dan aman, atau suatu
kesatuan dan persatuan, atau suatu masyaratkat yang tercukupi sandang, pangan
dan papan. LSM-LSM meneriakkan hal-hal tersebut, juga Greenpeace, bahkan PBB.
Namun Yesus bukan LSM. Damai sejahtera yang ditawarkan-Nya bukan seperti damai
sejahtera yang ditawarkan dunia, melainkan damai sejahtera yang berpusat pada
diri-Nya sendiri. Dialah RAJA SYALOM seperti yang dinubuatkan Yesaya: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putra telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namanya
disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, RAJA
SYALOM" (Yesaya 9:5). Kristuslah sesungguhnya SYALOM kita, karena
Dia telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan kita dengan Allah,
sehingga kita yang dahulu jauh kini menjadi dekat karena darah-Nya (Efesus
2:13-14).
Poin ketiga, SYALOM berbicara
tentang kondisi hati, bukan materi. Ukuran SYALOM tidak mengikuti ukuran dari
dunia ini, hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti apa yang diberikan oleh dunia
kepadamu ..." (Yohanes 14:27). Karena itu, SYALOM yang kita miliki
sama sekali tidak tergantung pada keadaan fisik kita, harta benda kita,
lingkungan kita, atau dunia tempat kita berpijak. SYALOM atau damai sejahtera
yang dari Tuhan, tetap dapat kita tunjukkan bahkan dalam kondisi yang paling
buruk sekalipun. Firman Tuhan di Yohanes 16:33 berkata: "Semuanya itu Kuberikan kepadamu, supaya kamu beroleh damai
sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Sebagai umat Tuhan, damai
sejahtera Allah menjadi kekuatan kita dalam menjalankan mandat dari Allah di
bumi: "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus"
(Filipi 4:7). Bukanlah kondisi dunia yang menguasai kita, atau memerintah atas
kita, melainkan SYALOM-Nya, damai sejahtera-Nya: "Hendaklah
damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu" (Kolose 3:15).
Sesungguhnya damai sejahtera Allah itu sedang dan akan terus memerintah atas
kita umat-Nya, dalam segala hal: "Dan Ia, Tuhan damai
sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam
segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian" (2
Tesalonika 3:16).
Keempat, SYALOM selalu dikaitkan
dengan bakti kita kepada Allah. Damai sejahtera diberikan-Nya kepada kita
semata-mata untuk mendekatkan kita kepada-Nya, karena damai sejahtera itu
dipakai-Nya sebagai alat pengudusan kita. "Semoga Allah
damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu
terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan
kita" (1 Tesalonika 5:23). Karena itu, damai sejahtera itu khusus
diberikan bagi mereka yang berada di dalam Kristus. "Damai sejahtera
menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin" (1 Petrus 5:14).
Lalu bagaimana dengan orang-orang di luar Kristus? Yesaya menegaskan: "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik! firman TUHAN"
(Yesaya 48:22). Alasannya jelas, yaitu karena damai sejahtera Allah selalu
diarahkan kepada kehidupan yang penuh dedikasi kepada Kristus, sebagaimana yang
diinginkan oleh Roh Kudus: "Karena keinginan daging
adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera"
(Roma 8:6). Kita sering mendengar ayat yang terkenal ini: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
dengan harapan" (Yeremia 29:11). Kepada siapa firman ini berbicara?
Ya, hanya bagi umat-Nya, anda dan saya.
Terakhir, damai sejahtera yang
sejati hanya dapat tercapai melalui Injil. Karena Injil berbicara tentang
kehidupan Yesus Kristus yang adalah manifestasi SYALOM yang sejati, maka sia-sialah
manusia yang mencari damai sejahtera di luar Injil. Damai sejahtera yang sejati
hanya dapat ditemukan di dalam Injil Kerajaan, karena itulah Injil Kerajaan
disebut juga INJIL SYALOM: "Kakimu berkasutkan kerelaan
untuk memberitakan INJIL SYALOM" (Efesus 6:15). Injil Kerajaan
tidak berisi perkara-perkara fana menyangkut materi dan ketentraman duniawi,
makanan dan minuman, melainkan soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita
oleh Roh Kudus. (Roma 14:17).
Tugas kita adalah menyatakan buah Roh yang ditanam-Nya dalam
diri kita, salah satunya adalah damai sejahtera (Galatia 5:22). Tuhan Yesus
menyatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (MAtius 5:9). Bagi
kitalah kalimat itu ditujukan, yaitu orang-orang yang memanifestasikan damai
sejahtera Allah di dalam segala aspek kehidupan.
Sekarang, bila Anda mengucapkan kata SYALOM kepada siapa
saja, jangan biarkan itu menjadi sekedar kata sapaan yang keluar begitu saja,
melainkan ingatlah selalu akan maknanya yang begitu dalam, yang akan
mengarahkan Anda dan saya kepada satu Pribadi, yaitu Kristus. Renungkanlah
SYALOM yang diberikan-Nya kepada kita: memperdamaikan kita dengan Bapa-Nya,
tiap tetesan darah-Nya adalah bukti nyata, betapa Ia rindu memberikan kepada kita
apa yang tidak dapat diberikan dunia ini, supaya kita yang dibela oleh-Nya,
dapat menikmati hidup di dunia ini sebagai orang-orang yang mengenal Dia,
meresponi kematian-Nya dengan sebuah pengakuan, mengasihi Dia, dan memiliki
hubungan yang intim dengan-Nya.
Tiga setengah tahun di bumi, Tuhan Yesus terus-memerus
memberitakan Injil SYALOM, mengajar tentang SYALOM, mengusir setan yang telah
mencuri SYALOM Allah atas manusia, dan menyembuhkan orang-orang dari
sakit-penyakit sebagai salah satu wujud SYALOM itu. Kini sudah dua ribu tahun
lebih, kerinduan Yesus tetap sama, yaitu supaya SYALOM, damai sejahtera yang
sejati itu, dapat dinikmati oleh manusia yang dikasihi-Nya.
Tugas kita adalah menyatakan
makna Syalom kepada dunia di dalam kekuatan Roh Kudus. Disisi lain Tugas kita
menyatakan buah Roh Kudus yang ditanam-Nya di dalam diri kita, salah satunya
adalah Damai Sejahtera.
Ketika kita mengucapkan
Syalom Allah kepada siapa saja arah dan cara pikir kita mestinya kepada satu
pribadi yaitu Yesus Kristus. Kita mengajak kepada sesama kita untuk merenungkan
karya-Nya yang telah memperdamaikan kita dengan Bapa-Nya dimana tiap tetesan
darah-Nya adalah bukti pengorbanan yang nyata, yang sangat mahal harganya,
betapa Ia rela memberikan kepada kita apa yang tidak dapat diberikan dunia ini. Hanya didalam diri Yesus
Kristus yang adalah Raja Syalom, Raja Penyelamatan oleh-Nya kita telah menjadi
berharga dimata-Nya, daripada-Nya dan hanya kepada-Nya sajalah kita patut
memberikan hormat dan sembah.
Sesuai dengan latar belakang di
atas maka Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “MAKNA SYALOM” (SMP SATAP BUKALABANG)”
B. INDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Menjelaskan
hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan
2.
Menjelaskan
makna Syalom sesuai dengan misi Yesus Kristus
3.
Menjelaskan
makna pelakasanaan pendidikan Agama Kristen Sekolah terhadap pertumbuhan
iman anak Pada SMP SATAP BUKALABANG
C. BATASAN MASALAH
Agar penulisan ini tidak keluar dari permasalahan maka di
batasi masalahnya pada: menjelaskan
makna Syalom terhadap pertumbuhan iman anak SMP SATAP BUKALABANG dan
aplikasinya dalam setiap pergaulan.
D. RUMUSAN MASALAH
1.
Sejauh
mana hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan di Sekolah mampu
memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini.
2.
Sejauh
mana tanggung jawab sekolah dalam menjelaskan makna Syalom sesuai dengan misi
Yesus Kristus kepada anak secara bertanggung jawab dan berkualitas
3.
Sejauh
mana peranan guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah terhadap pertumbuhan iman
anak SMP SATAP BUKALABANG
E.
TUJUAN DAN
KEGUNAAN
1. TUJUAN
1.
Sejauh
mana hakekat dan tujuan Syalom sebagai berita Penginjilan di Sekolah mampu
memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini.
2. Sejauh mana tanggung jawab sekolah dalam
menjelaskan makna Syalom sesuai dengan misi Yesus Kristus kepada anak secara
bertanggung jawab dan berkualitas.
3.
Sejauh
mana peranan guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah terhadap pertumbuhan iman
anak SMP SATAP BUKALABANG
2. KEGUNAAN
1. Bagi
sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
dan penyempurnaan program pengajaran
Pendidikan Agama
2. Dapat
Dijadikan suatu gambaran
bagi SMP SATAP BUKALABANG Tahun
ajaran 2016/2017 yang
bersangkutan untuk lebih mampu
memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman anak pada saat ini
Sebagai keputusan dan dokumentasi bagi peneliti lanjutan dalam rangka
pengembangan mental bagi siswa SMP
SATAP BUKALABANG
DAFTAR PUSTAKA
Maniyeni,
2009.wawasan pembelajaran, Kupang:
Penerbit Wineka Media
Marxsen
1963. Antropologi Budaya, Penerbit BPK
Gunung Mulia Jakarta
E, Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PY
Remaja Rosdakarya,Cet.VII
Gultom.
2006. Strategi Model dan Evaluasi. Penerbit Departemen Agama RI.Jakarta
Hidayat Z. M. 1976.
Masyarakat dan kebudayaan suku-suku Bangsa di NTT. Tarsito, Bandung
Hanig. A.
G. 1985.. Ilmu Agama. BPK Gunung Mulia
Jakarta
Kande Abia Freik, an
Sukoco Heru, 2009. Analisis Kebijakan
Pendidikan. Yogyakarta. Igna Pustaka.
http://healingmovement.site88.net/documents/healing_movement_-_arti_Syalom.html
2 Tom Jacobs,Syalom Salam
Selamat, Penerbit Kanisius(Anggota IKAPI), Yogyakarta,tahun 2007,halaman 17
3 Winston L. King, dalam
The Encyclopedia of Religion,vol 12, Macmilan,Yew York-London, 1987 halaman
287;Salvation is but another name for religion. That is, oll religions are
basically conceived as means of saving men
at one level or another
Tidak ada komentar:
Posting Komentar