Minggu, 16 Oktober 2016

Peran Gereja menyampaikan kabar baik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Berita tentang Kerajaan Allah atau sorga merupakan tema utama pemberitaan Yesus.  “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” (Markus 1: 15). “Juga ke kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Lukas 4:43).  
Pelayan Gereja dengan pemberitaannya harus memberitakan keselamatan yang kekal. Menurut Tom Jacob (2007:17) menyatakan : “Ternyata soal keselamatan berkaitan erat dengan ritus dan kebaktian , singkatnya dengan agama sehingga ada orang yang berpendapat bahwa keselamatan hanyalah kata lain untuk agama”
Pemahaman mengenai Kerajaan Allah sudah dikenal sejak permulaan pembentukan umat Allah dan dalam sejarahnya mengelami perkembangan pemikiran. Tahap pertama, ketika suku-suku Israel keluar dari penindasan di Mesir. Allah yang memerintah sebagai raja dunia dirayakan dalam ibadat mereka selama masa pengembaraan di padang gurun. Tidak ada implikasi politis sama sekali di dalamnya. Tahap kedua, ketika bangsa Israel menetap di tanah Kanaan dan terbentuknya Amfiktioni[1] . Tahap ketiga, adalah ketika keluarga Daud memerintah sebagai penguasa Israel. Pada masa ini agama menjadi pelegitimasi kekuasaan seorang raja. Bangsa Israel yang semula terdiri dari suku-suku bebas (dalam ikatan persemakmuran)  yang tidak mempunyai kasta sosial berubah menjadi masyarakat yang berbeda derajat dan golongan sosialnya di bawah pemerintahan seorang raja yang mempunyai legitimasi agama. Kerajaan Allah menjadi konsep politis. Raja adalah wakil Allah dalam memerintah dan menjamin tetap berlakunya hukum-hukum Allah dalam hidup umat.  Pada masa ini, nabi-nabi berkarya dengan pokok pemberitaan bahwa Allah mengutus mereka untuk mengembalikan syalom atau damai sejahtera dari Allah sebagai ciri utama Kerajaan Allah dan mengritik raja-raja dan para pemimpin bangsa lainnya yang menyelewengkan kekuasaan yang mereka terima dari Allah demi kepentingan diri mereka sendiri. Kerajaan Allah dilihat sebagai suatu Kerajaan damai dan keadilan bagi semua orang. Karya Allah tidak terbatas pada bangsa Israel saja melainkan bagi seluruh bangsa yang ada di muka bumi. Tahap keempat, setelah kehancuran Kerajaan Yehuda dan Israel Utara kelompok imam menjadi kelompok yang menguasai kehidupan umat saat itu
Menurut Dunnet (2005:11) menyatakan bahwa:”Dengan Kuasa Allah Gereja telah dijadikan (Ef 1:15-2:10) dan digambarkan sebagai rumah tangga besar, yang terdiri dari orang Yahudi ( Ef 2:11-22), yang sama-sama menikmati kekayaan warisan Allah. Allah diam di dalam Gereja yang dibangun di atas dasar yang kokoh yang terdiri dari banyak bagian. Dalam surat kiriman Paulus ke Efesus, Paulus memberikan perhatiannya lebih banyak kepada hubungan Suami dan Isteri dan melukiskan hubungan antara hamba dan tuannya.
Pada masa golongan imam berkuasa inilah Yesus hadir dan berkarya menyampaikan Kabar Baik-Nya. Kitab-kitab Injil berulangkali menceritakan pertentangan Yesus dengan kaum Farisi dan Ahli Taurat yang disebabkan oleh penafsiran terhadap hukum-hukum Taurat. Meskipun saat itu bangsa Yahudi berada dalam penjajahan bangsa Romawi tetapi pada prakteknya mereka lebih patuh kepada dan takut kepada pemuka agama Yahudi. Identitas kebangsaaan (dan juga keagamaan) yang masih mereka miliki saat itu hanyalah Bait Allah di Yerusalem dan Hukum Taurat. Pemuka Agama saat itu juga menyalahkan kegagalan mereka diakui sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain  karena kegagalan bangsa ini dalam mentaati hukum Taurat sedetail mungkin.  Oleh sebab itu, para pemuka agama Yahudi menggali dan mengembangkan sedemikian rupa.
Menurut  E. G. White (1994:230) menyatakan bahwa: “ Banyak bangsa kafir menyatakan bahwa patung-patung mereka itu hanya sekedar lambang-lambang dengan mana Tuhan itu disembah; tetapi Allah telah menyatakan bahwa penyembahan demikian adalah dosa. Penyembahan berhala adalah perzinahan rohani, ketidaksenangan Allah terhadap hal itu tepat sekali disebut cemburu.
Penulis berasumsi bahwa Penyembahan kepada Allah tidak seperti berpolitik terhadap dualisme penyembahan antara benda gaib dan kekuasaan Tuhan. Tuhan itu Esa dan tiada bandingnya. Kasih Tuhan terhadap keselamatan yang kekal adalah pasti dan mutlak .
Kerajaan Allah hanya dimiliki oleh mereka yang telah sempurna dalam menjalankan hukum Taurat seketat mungkin. Dapat dikatakan pada masa ini terjadi percampuradukan antara masalah keagamaan dengan sisi politik untuk melegitimasikan segala tindak tanduk kelompok imam dalam memerintah rakyat saat itu. Akibatnya, kebanyakan rakyat saat itu yang sudah menderita secara fisik karena hidup dalam kemiskinan sebagai hasil penjajahan bangsa Romawi dibuat semakin tidak berdaya, semakin diperlakukan tidak adil oleh sikap dan tindakan para imam yang menyalahgunakan Taurat untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dalam situasi yang seperti itu, Yesus tampail sebagai seorang Rabi yang mewartakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang menghancurkan tembok-tembok pemisah antara yang saleh dengan yang dianggap berdoa, antara yang sehat dengan mereka yang sakit, antara yang kaya dan miskin, tembok pemisah antara pria dan wanita serta  antara kelompok yang terpelajar dengan yang tidak berpengetahuan. Yesus, melalui sikap dan perbuatanNya, memproklamirkan Kerajaan Allah yang menjamin kemerdekaan individu dan lepasnya dari tindakan diskriminatif.
Bagi Yesus, Kerajaan Allah bukanlah wilayah atau teritori yang mempunyai batas-batas wilayah sebagaimana sebuah kerajaan di dunia ini karena Kerajaan Allah meluas tanpa batas seperti karya Roh Kudus yang tidak dapat dibatasi oleh kelompok manusia manapun. Kerajaan Allah dalam pandangan Yesus ialah suasana kehidupan dimana umat sungguh-sungguh menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang utama dalam kehidupan mereka yang disembah sebagai raja dan Tuhan mereka dan kehendakNya ditaati. Sikap seperti ini berarti mengakui dan memberlakukan kesetaraan bagi semua orang serta perlakuan yang adil dan penuh kasih terhadap sesama. Sehingga syalom dapat tercipta.
Apa yang Yesus lakukan tidak bernuansa politis. Oleh sebab itu, Yesus sama sekali tidak merancang sebuah pusat kekuatan dan pemerintahan duniawi dan melakukan perlawanan terhadap penguasa Romawi maupun penguasa Yahudi. Kalau pun ada tuduhan dari para pemuka agama bahwa Yesus hendak menjadi raja Yahudi dan hendak memberontak kepada Roma itu adalah akal-akalan pemuka agama saat itu untuk menjadikan masalah internal mereka menjadi masalah antara Yesus dan Roma. Sebaliknya, Kerajaan Allah yang menjadi pusat pemberitaan Yesus lebih menekankan sisi moral dan etis. Kerajaan Allah adalah sebuah suasana kehidupan yang bermoral dan berperilaku etis dimana menempatkan Tuhan sebagai Raja Kehidupan yang mendorong lahirnya sikap berlaku adil, benar, jujur, menghargai perbedaan dan keseteraan dan sebagainya bagi setiap orang yang pada waktu itu tidak pernah dirasakan oleh sebagian besar rakyat saat itu.
Menurut Walter (2005:69) menyatakan bahwa dalam bagian pertama dalam surat kiriman ini, Paulus dengan singkat menguraikan tentang asal mula Gereja, yang ada di dunia ini menurut rencana Allah. 
Selain itu, Kerajaan Allah adalah suasana kehidupan baru yang sudah, sedang dan akan mencapai penggenapannya dan dialami secara penuh pada saat Yesus datang kedua kalinya; karena Allah ditempatkan kembali sebagai Raja dan kehendakNya ditaati dengan sempurna. Jadi, sekarang ini kita hidup di dalam penantian penggenapan Kerajaan Allah. Di dalam penantian itu gereja (dan warganya) terpanggil untuk mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah
Banyak Situasi pelayanan yang belum  sukses akibat dari pandangan yang sedikit identik dengan egois dan lain-lain yang merupakan pengaruh pandangan kita terhadap warna dunia yang sedang berkembang dengan dandan imitasi pelayanan artinya menjadi malaikat terang yang secara kenyataan mungkin bernarasi mesias palsu pada masa-masa kini.
Berdasarkan asumsi di atas maka menurut penulis menyatakan bahwa sebagai abdi Allah harus memadukan variasi warna pelayanan secara benar dan menjadikannya sebagai variasi warna dari satu keutuhan lukisan pelayanan yang indah dan benar di hadapan Allah dengan penuh tanggungjawab. Perlu merapatkan keserasian barisan pelayanan menjadi mata rantai pelayanan yang kuat karena umat manusia jika ditinjau dari segi perilaku dalam mengikuti perkembangan globalisasi kelihatannya banyak gerakan dari dunia yang mulai belajar sekuat tenaga untuk menerobos dan melemahkan barisan kepercayaan umat Kristiani khususnya pada jemaat kalangan GMIT2.
Sebagai pekerja Allah perlu merevisi setiap konsep pelayanan yang dibangun mestinya bersimpul pada kasih yang tulus tanpa adanya rekayasa akibat tendesan dan tindisan warna dunia secara logis berpijak pada pengetahuan yang nilai jualnya bersebrangan dengan visi GMIT  yakni Pelayanan yang Holistik.
Tantangan masa kini harus disikapi dengan pembelajaran yang sudah diterapkan oleh Yesus Kristus dalam setiap tindakan pelayanan-Nya. Sebagai hamba Tuhan  terus diminta untuk lebih berhati-hati dan menjauhkan adegan-adegan yang sama sekali bukan warna pelayanan di dalam kepribadian bingkai pelayanan GMIT yang berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, terus mengevaluasi pelayanan dan jelih memperhatikan berbagai penyusupan pelayanan misalnya tindakan berbagai karunia penglihatan terus dikontrol sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, dalam satu perhatian serius karena ada hal-hal itu bisa terjadi dalam pelayanan jika ada karya Tuhan yang tidak bisa dikontrol dengan menggunakan akal manusia hanya bisa dikontrol lewat buah-buah pertobatan yang berlandaskan kebenaran sejati lewat firman Tuhan. Perlu diperhatiakan  dan ditegaskan bahwa praktek pelayanan  yang salah mengakibatkan kualitas pelayanan akan dipertanyakan oleh komunitas basis pelayanan.
Sebuah pengenalan diri dalam menjalankan pelayanan Tuhan berawal dari bagaimana kita mengikuti semua jejak yang mengarah kepada aturan dengan asumsi dasar “menjadi taat dan berkarakter setia” Pelayanan kategorial dan Pelayanan fungsional merupakan Penopang pelayanan gereja hendaknya difasilitasi dengan berbagai kadar iman yang siap untuk menjemput jiwa-jiwa menurut pergumulan dengan selalu mempertahankan kehendak Tuhan bukan memperhatikan kepentingan persaingan karunia Tuhan. Dalam menjalankan sebuah pelayanan baik itu pelayanan internal maupun pelayanan eksternal mestinya tidak terlepas dari aturan GMIT, harus melalui proses resmi sesuai dengan aturan gereja khususnya perlu diperhatikan bahwa pelayanan kategorial dan fungsional  yang pelayanannya ada di Jemaat GMIT Danau Ina Lasiana perlu mengikuti rambu-rambu pelayanan yang ada.
Penulis berasumsi bahwa dalam menjalankan pelayanan Tuhan mestinya secara tulus menuju kepada harapan sejati yang sudah dibangun dalam misi pelayanan Yesus Kristus untuk memenangkan jiwa-jiwa demi hormat dan kemuliaan Tuhan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul : PERANAN GEREJA DALAM MENYAMPAIKAN KABAR KESELAMATAN KEKAL BAGI WARGA KERAJAAN ALLAH  DAN UPAYA MENGHADAPI TANTANGAN PELAYANAN MASA KINI ( SUATU STUDI PADA : GMIT YEDIDYAH ABANGIWANG).

B.       INDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Menjelaskan  sasaran  pelayanan yang terjadi di Gereja GMIT bagi Jemaat Allah.
2.      Untuk mencari tahu sejauhmana  pelaksanaan pelayanan GMIT khususnya jemaat GMIT Yedidyah Abangiwang dalam menanggulangi berbagai tantangan baik secara ekteren dan interen
3.      Mencari tahu letak keberhasilan pelakasanaan pelayanan pekabaran Injil khususnya jemaat GMIT Yedidyah Abangiwang yang berbuahkan buah-buah pertobatan
C.   BATASAN MASALAH
      Agar penulisan ini tidak keluar dari permasalahan maka di batasi masalahnya pada: menjelaskan pelayanan GMIT sebagai sumber pembaharuan dan bagaimana mengatasi Tantangan Pelayanan Masa Kini.           

D.  RUMUSAN MASALAH
1.    Sejauh mana  sasaran pelayanan yang diadakan oleh GMIT  mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman Jemaat pada saat ini.
2.    Sejauh mana tanggung jawab Gereja dalam melaksanakan penatalayanan pelayanan bagi Umat Kristen secara bertanggung jawab dan berkualitas.
3.    Sejauh mana peranan Para Gembala/Pendeta dalam  mewujudkan arti damai sejaterah bagi sesama sebagai bagian dari tujuan pekabaran Injil bagi umat manusia tentang arti kehidupan kekal dan atau letak keberhasilan pelakasanaan pelayanan pekabaran Injil khususnya jemaat GMIT Yedidyah Abangiwang yang berbuahkan buah-buah pertobatan

E.  TUJUAN DAN KEGUNAAN
1. TUJUAN
1.    Mencari tahu pelayanan yang diadakan oleh GMIT  apakah mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan iman Jemaat pada saat ini
2.    Untuk mengetahui sejauhmana  pelaksanaan pelayanan GMIT khususnya jemaat GMIT Yedidyah Abangiwang dalam menanggulangi berbagai tantangan baik secara ekteren dan interen
3.    Mencari tahu Peranan Para Gembala/Pendeta dalam  mewujudkan arti damai sejaterah bagi sesama sebagai bagan dari tujuan pekabaran Injil bagi umat manusia tentang arti kehidupan kekal

2.     KEGUNAAN
1.         Bagi  GMIT Yedidyah Abangiwang tempat penelitian, sebagai bahan  pertimbangan dalam pengembangan dan  penyempurnaan program Pelayanan GMIT secara Holistik
2.         Dapat Dijadikan suatu gambaran bagi Jemaat GMIT Yedidyah Abangiwang yang bersangkutan untuk lebih mampu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan jemaat pada saat ini
3.         Sebagai keputusan dan dokumentasi bagi peneliti lanjutan dalam rangka pengembangan penatalayanan GMIT dalam mengembangkan pelyanan sesuai Firman Tuhan yang merupakan dasar pelayanan di dalam karya Yesus Kristus















                                                DAFTAR PUSTAKA



                              Tom Jacob, 2007. Syalom Salam Selamt, Yogyakarta: Penerbit Kanisius
                  Walter M. Dunnett 2005. Pengantar Perjanjian Baru, Penerbit  Gandum  Mas
                  Soemarna  1994. Sejarah Para Nabi,  Bandung:Indonesia Publishing House


[1] Amfitioni= yang menyembah Yahweh  dan memegang Taurat sebagai Undang-Undang Dasar kehidupan mereka dengan sesama dan dengan Allah. Allah dipahami sebagai Raja (yang melalui hukum-hukumNya) menjamin kesetaraan dan keadilan. Masa ini mencapai puncaknya pada masa Hakim-Hakim memerintah.

2 GMIT singkatan dari Gereja Masehi Injili di Timor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar